Jumat, 18 Juni 2010

ANAK TANGGA TERAKHIR - PART - 4

“ Bandung memberikan banyak pelajaran hidup berharga buat gw,banyak kejadian kejadian yang terjadi di luar dugaan gw,dari mulai Gadis bernama April yang sudah membuat merusak pertemanannya dengan Radit,sampai dengan pertemuan gw sama Hilda,seorang gadis sexy yang ternyata mempunyai nafsu birahi yang cukup besar,dan hampir merenggut keperjakaan gw.Andai saja pada malam itu gw ikut kebawa nafsu setan,dan gw sama sekali ga melakukan penolakan keras terhadap perlakuan Hilda yang ternyata memang terkenal suka melakukan free sex dengan lawan jenisnya,mungkin saat ini gw ga akan pernah bisa berhenti mikirin kejadian yang hampir saja terjadi tersebut.Huufffftt…..Semua itu terjadi karena gw salah mengambil keputusan dengan apa yang sedang gw hadapin.Semua karena kecerobohan gw untuk mencoba mempunyai teman dekat,mencoba untuk bersikap baik kepada orang yang baru gw kenal,gw yakin kalo itu semua salah,dan gw ga akan ngulangin hal hal yang bikin semua itu terjadi.Sekarang semuanya sudah harus berakhir,gw harus memulai dan memperbaiki kehidupan gw,di kota baru ini,Jogjakarta.Sebuah kota dengan sebutan kota pelajar dan kota seni,yang mungkin dapat memberikan semua yang gw impikan.”




Jogjakarta 2006



Dihari kedua mereka di Jogja Ayah sudah mulai masuk kerja,Fynta memulai harinya dengan berjalan jalan mengitari kota itu dengan menggunakan becak maupun delman,Bunda terlihat sedang asik dengan tanaman tanaman barunya,sedangkan Rama,tetap diam di kamar dan melakukan aktivitas seperti biasanya sampai malam tiba,Mereka pun akhirnya tidur,mempersiapkan energi untuk esok hari. Keesokan harinya Rama dan Fynta mulai menginjakkan kakinya ke sekolah barunya,dan hal ini bukan suatu yang baru bagi mereka.Sepulangnya dari sekolah Fynta sibuk menelponi Ayah untuk menagih janjinya mengajak mereka sekeluarga berbelanja,dan ayah menepati janjinya itu setelah pulang kerja.
Mereka semua mengunjungi sebuah mall besar di pusat kota,dengan sangat bersemangat Fynta mulai menguras duit Ayahnya,hampir semua yang ia mau dibelinya.dari mulai baju,sepatu,parfum,sampai pada barang barang yang tidak terlalu penting baginya seperti accessories yang katanya sangat mendukung penampilannya.Tapi tidak dengan Rama,ia hanya membeli dua buah topi pancing dan sepasang sepatu skate keluaran terbaru yang baru beberapa hari yang lalu ia lihat di sebuah situs merk sepatu ternama.Ia melihat sebuah toko yang sangat unik,ditempat itu ternyata menyediakan jasa tattoo dan pierching.Ia sempat menghentikan langkahnya di depan toko itu dan berniat masuk ke dalamnya,akan tetapi semua itu tidak dilakukannya karena berpikir orangtuanya akan berpikiran macam macam jika ia melakukan hal itu.Mereka lalu pulang meninggalkan mall itu untuk menuju sebuah tempat makan siap saji yang terletak tepat di depan mall yang sedang mereka kunjungi tersebut.

“Yah,boleh makan di tempat yang lain ga? “ Rama mencoba memberikan usul kepada Ayahnya.

“Kamu memang mau makan dimana? “ Ayah mengurangi kecepatan langkahnya.

“Angkringan.” Jawab Rama.

“Itu dimana,tempat makan apa? “ Tanya Ayah.

“Aku juga ga tau lokasi persisnya dimana,tapi aku tau patokan jalannya.Aku pernah baca di sebuah majalah tentang tempat makan itu.” Rama berusaha menjelaskan.

Ayah melirik Bunda dan Fynta,mereka berdua menganggukan kepala sebagai jawaban jika mereka setuju dengan usul Rama.Mereka langsung menuju tempat yang dimaksud Rama tersebut.
Setelah mencari cari tempat yang dimaksud Rama selama hampir satu jam mereka akhirnya sampai juga di Angkringan.Semuanya terlihat heran dengan situasi dan kondisi tempat makan yang direkomendasikan Rama tersebut.Sebuah tempat makan sederhana,yang jauh dari bayangan mereka,tapi Rama tampak sangat menyukai suasana seperti ini.

“Ini tempat apa Rama,mau makan apa disini? “ Tanya Bunda.

“Bunda tenang aja,Rama yakin Bunda suka sama makanan disini.” Rama menenangkan Bundanya yang heran dengan tempat tersebut.

“Iya Bunda,kita ikutin Bang Rama aja,kan seru Bunda makan ditempat kayak gini.” Fynta tampak mendukung Rama,ia juga terlihat menyukai suasana angkringan.

Bunda dan Ayah pasrah dengan pilihan Rama,mereka lalu menuju suatu tempat,dituntun oleh seorang pelayan yang tidak berseragam,tidak bersepatu,dan tidak menggunakan nam tag seperti pelayan restoran pada umumnya..

Rama lalu menghampiri pedagang yang menjajakan makanan dan minumannya disana.Setelah memesan makanan seseorang pelayan yang bergaya tidak seperti pelayan tadi menggelarkan sebuah tikar di trotoar yang terletak persis di depan tempat para pedagang itu menjajakan dagangannya.Mereka pun langsung duduk dengan perasaan bingung.

“Tempat kayak gini Cuma ada di Jogja Bunda,dan kita ga boleh nyia nyiain selagi dapet kesempatan tinggal disini.” Rama terlihat sok dewasa dan berusaha mendikte Bunda.

“Terserah kamu aja deh.” Bunda pasrah,dan mereka mengobrol sambil menunggu makanan mereka datang.

Beberapa menit kemudian makanan yang Rama pesan datang.Setelah melihat dan meneliti makanan tersebut Bunda dan Ayah langsung menyantapnya.Dan sangat luar biasa,baru kali ini mereka merasakan makanan yang sangat nikmat seperti ini.Bahkan Ayah sempat menambah beberapa kali,karena selain lapar,porsi makanan di tempat itu sangatlah dikit.
Tidak sampai satu jam makanan yang didepan mereka ludes,hanya tersisa piring piring plastik dan gelas kosong.Mereka sangat menikmati makanan itu.Dan tidak lama kemudian akhirnya pergi meninggalkan tempat yang baru mereka datangi itu dengan perasaan puas.Sebuah tempat makan yang sederhana,nikmat,dan sangat murah.

Sudah lebih dari satu bulan mereka menghabiskan hari hari di Jogjakarta.Semua itu mereka jalani dengan perasaan senang dan ikhlas.Begitupun dengan Rama,walaupun tidak ada yang istimewa dalam kehidupannya di Jogja,ia tetap merasa senang dan sangat ikhlas dengan semua yang ia jalani.Tapi tampaknya tidak pada malam ini,karena ia terpaksa mengantarkan Fynta ke sebuah tempat yang bernama menara Saidan untuk menemui teman teman sekolah Adiknya itu.Sebenarnya ia sudah menolak permintaan Fynta itu,akan tetapi karena bujukan Bunda ia akhirnya mau tidak mau harus melakukan hal ini.Mereka berdua akhirnya menuju tempat itu dengan menggunakan vespa tua kesayangan Rama.Tempat itu tidak terlalu jauh dari rumah Rama,hanya dengan hitungan menit mereka akhirnya sampai disana.
Setelah memarkirkan vespanya Rama mengantar Fynta untuk mencari tempat dimana teman temannya berkumpul.Keramaian tempat itu membuat mereka sedikit sulit untuk teman teman Fynta,sampai terdenga suara seorang wanita yang memanggil nama Fynta.Ia adalah salah satu teman Fynta yang mengajak ia untuk berkumpul bersama di tempat ini.Rama lalu berjalan kaki untuk mencari sebuah kedai kopi setelah menolak untuk ikut berkumpul bersama teman teman Adiknya itu.
Ia berjalan dalam keramaian kota Jogja,banyak sekali anak muda yang menghabiskan malam minggu mereka di tempat ini,dari mulai sekadar ngobrol,pacaran,sampai mabuk mabukan.Ketika melewati beratus ratus manusia disana,Rama melihat sebuah pertunjukan yang sangat menarik perhatiannya.Ia lalu melanjutkan langkahnya untuk melihat lebih dekat pertunjukan yang sedang berlangsung itu.Sebuah pertunjukan yang sangat dasyat.Puluhan anak muda yang mengaku sebagai seniman jalanan Jogja sedang beraksi menunjukkan karya mereka masing masing.Ada yang sedang melakukan pertunjukan drama,pantomim,berakustik ria,bahkan ada pula yang menggambar sebuah dinding kosong dengan gambar gambar dan tulisan bermakna sosial.Karya mereka sangat indah untuk dinikmati.Tiba tiba seseorang anak muda seusianya mengadahkan sebuah kardus berisi duit yang bertuliskan “Sedikit uang receh anda dapat merubah masa depan mereka”.Rama mengeluarkan beberapa lembar uang sepuluh ribuan dan kembali menikmati hiburan tersebut.Tidak lama kemudian pemuda yang baru saja meminta sumbangan kepadanya kembali menghampirinya dan memberikan sebuah pamflet yang di design dengan sangat menarik.Rama menerimanya,membacanya lalu memasukkannya ke dalam saku celananya.
Sudah saatnya acara itu berakhir,semua pengunjung memberikan sambutan meriah dengan bertepuk tangan,begitu pula dengan Rama.Ia lalu sadar jika Fynta belum memberi kabar kepadanya sedangkan waktu sudah menunjukan pukul 12 malam.Ia lalu mengeluarkan ponselnya dan menelepon Fynta.Mereka lalu pulang meninggalkan tempat itu setelah sebelumny Rama sempat memaksa Fynta yang belum mau pulang karena merasa sangat nyaman berkumpul dengan teman teman barunya.Pada malam ini,untuk pertama kalinya Rama merasakan sebuah keceriaan yang tak terkira.Sebuah pertunjukan yang sangat istimewa itu telah menghiburnya,bahkan membuatnya mulai merasakan jika Jogjakarta memang indah untuk dinikmati.Bukan sebagai kota pelajarnya,akan tetapi sebagai kota seninya.


Rama sibuk mencari celana jins pendeknya yang baru ia pakai satu minggu yang lalu.Dan ia menemukan celananya di gantungan baju tempat ia biasa menaruh pakaian yang belum harus dicuci.Saku celana itupun dirogohnya,mencari suatu barang yang ternyata adalah sebuah lipatan kertas pamphlet sebuah acara pergelaran seni yang ia dapat ketika menonton performance art dari anak anak muda Jogja di dekat Menara Saidan,satu minggu yang lalu.kali ini ia membaca dengan seksama,lalu berjalan menuju kamar Fynta.

“Fyn,temenin gw yuk.” Rama masuk kedalam kamar Adiknya yang sedang mengerjakan tugas dengan komputernya.

“Kemana Bang? “ Tanya Fynta sambil terus mengerjakan tugasnya.

“Kesini.” Rama menunjukkan pamflet tersebut.

“Waw…kayaknya seru nie bang acaranya” Ia tertarik dengan selembar kertas yang diberikan Rama,dan meninggalkan tugasnya sejenak.

“Yuk..” Rama duduk dikasur yang bernuansa polkadot itu.

“Ini kan sekarang Bang.”

“Emang,terus kenapa kalo sekarang,lo ga bisa? “ Rama merenahkan tubuhnya.

“Bisa….kaget aja kok ngajaknya dadakan.” Jawab Fynta

“Gw aja baru inget engeh kalo acaranya ternyata sabtu ini,gw kira minggu depan.”

“Mau jalan jam berapa? “

“Abis magrib,ga pake lama dandannya,disana isinya seniman semua,jadi tanpa dandan lo bisa tetep tampil pede.” Ucap Rama ketus.

“Yeee…emangnya aku dandan biar pede apa? “ Fynta mengelak dari tudingan Abangnya itu.

“Terus biar apa? “

“Itu udah kewajiban perempuan Bang,biar terlihat feminim,dewasa,dan cantik.”

“Halah,itukan alesan.Coba gw mau liat lo ga dandan malem ini.Gw yakin lo bakalan lebih cantik dari biasanya.Okay….” Rama lalu meninggalkan kamar itu.

“Loh…Bang….” Suara pintu yang ditutup Rama menghentikan suara Fynta.Ia lalu mematikan komputernya dan bersiap untuk menemani Rama ke acara pertunjukan seni tersebut.


Fynta membereskan mukenanya,ia lalu sedikit berkaca dan keluar dari kamarnya untuk menemui Rama yang sudah menunggu dari lima belas menit yang lalu.Mereka berdua lalu berangkat setelah mencium tangan Bunda.
Kini mereka terlihat seperti pembalap rally,Rama berperan sebagai driver yang mengendarakan kendaraannya agar dapat melaju dengan cepat,sedangkat Fynta duduk dibelakangnya sambil memegang pamflet acara,dan berusaha menunjukkan arah kepada Rama.Ia berpatokan kepada peta yang tertera di kertas yang sedang ia pegang.Mereka sudah menghabiskan waktu kurang lebih empat puluh lima menit dan acara itu akan dimulai lima belas menit lagi.Ia akhirnya mulai tidak percaya kepada Fynta,ia menepi dan mencoba bertanya kepada sebuah warung yang menjual wedang ronde.Setelah bertanya sambil menunduk nundukkan kepalanya ia akhirnya paham dengan jalur yang harus ia tempuh.Mereka memulai perjalanan lagi dan akhirnya sampai di sebuah bangunan etnik jawa dengan ukuran sebuah plang besar bertuliskan “SANGGAR RUMAH”.

“Cek lagi Fyn,bener ga ni tempatnya.” Rama mematikan vespanya

“Bentar bang….” Fynta membaca kembali pamflet yang dipegangnya.

“Bener bang..” Fynta meyakinkan Rama ,dan melipat kertas itu,lalu memasukkannya kedalam saku celananya.Mereka berdua akhirnya masuk kedalam bangunan tua itu.Dan melihat sebuah pertunjukan yang nampaknya baru saja dimulai.

Mereka berdua lalu mengelilingi tempat itu,melihat beragam ragam jenis pertunjukkan yang sangat spektakuler.Mulai dari teater,berbagai macam jenis tarian asli Indonesia,musik,pantomim,dan yang tidak kalah serunya adalah kelihaian kelihaian para tembok bomber untuk menghiasa tembok tembok sanggar mereka dengan bermacam macam bentuk gambar.

“Konsep mereka keren ya Bang.” Fynta menyedot minuman botol yang diberikan Rama.

“Iya,baru kali ini gw ngeliat pertunjukkan hebat kayak gini.Makanya gw kepengen banget dateng kesini.” Rama membakar rokoknya.

“Sebelumnya Abang pernah liat pertunjukan mereka? “ Fynta mengibaskan tangan di depan mukanya karena merasa terganggu oleh asap rokok Rama.

“Pernah sekali,waktu gw nganterin lo ke Menara Saidan kemaren meraka kebetulan juga lagi ngadain performance art kayak gini,tapi dijalanan deket Menara.” Jawab Rama seakan tidak perduli dengan asap yang menyerang hidung Fynta.

“Oh..” Fynta mulai mengerti darimana pamflet itu berasal.

“Fyn,gw kencing dulu ya.Lo jangan kemana mana,disini aja.Kalo gw balik lo ga ada,gw tinggalin pulang.” Rama memegangi resleting celananya.

“Siap bos.” Fynta melakukan gerakan hormat.Rama lalu buru buru meninggalkannya.

Rama mencari cari lokasi kamar kecil,ia bertanya kesana kemari dan akhirnya menemukan di ujung bangunan sanggar tersebut.Setelah mengeluarkan air seninya ia mulai merasa lega dan kembali menemui Fynta.Tapi tiba tiba ia kaget,matanya sedikit melotot,dan memperlambat langkahnya.

“Bang kenalin,ini para pengurus sanggar ini.” Disamping Fynta ternyata sudah ada tiga orang pria yang lebih tua beberapa tahun darinya.Mereka adalah pengurus sanggar yang menyelenggarakan acara ini,dan mereka juga termasuk dalam seniman seniman yang mengisi acara ini dengan karya karya mereka.

“Rama” Ia menyalami seseorang dari mereka.

“Keken” Rama lalu menyalami yang berada disebelah Keken.

“Rama”

“Panji” Lalu pindah ke tangan berikutnya dan..

“Rama”

“Rasyid” Kini ia sudah mengetahui nama ketiga teman baru Fynta tersebut.

“Abangku ini juga jago menggambar loh.” Celetuk Fynta

“Yang bener Ram? “ Tanya Keken.

“Ah..nggak..” Tepis Rama sambil melihat kearah Fynta.

“Kita masih punya satu lahan kosong lagi kalo kamu bersedia nyumbangin karya kamu di sanggar ini.” Ucapan Rasyid membuat Rama semakin gugup.

“Aduh..maaf deh,bukannya ga mau,tapi gw takut malah ngerusak tembok sanggar lo yang keren banget ini.”Rama berusaha membela dirinya.

“Yuk Ram,aku kenalin sama temen temen disana.” Panji merangkul Rama dan mengajak untuk mengikutinya,sedangkan Fynra,Keken dan Rasyid mengikuti di belakang mereka.

“Teman teman kenal kan ini Rama,dan ini Adiknya,Fynta.Mulai malam mini mereka akan ikut untuk saling berbagi bersama kita.” Rama terbelalak mendengar kalimat Panji barusan.Terpikir olehnya jika ini semua ulah Fynya,ia menatap Adiknya itu dan Fynta pun membalas tatapannya dengan senyuman malu.

Ada puluhan anak muda yang bertepuk tangan dengan berita tersebut,mereka menyambut Rama yang untuk kesekian kalinya berada dalam posisi terkecoh oleh Fynta.Tiba tiba di depan Rama sudah ada bebbagai macam alat mural,dan seseorang yang pernah ia lihat membawa kotak amal waktu itu memberikannya sebuah kapur dan kuas.Ia sudah tidak bisa mengelak lagi,dan akhirnya memulai mengisi tembok besar yang kosong itu dengan sebuah gambar.Ia memulai dengan membuat skets,dan akhirnya selesai dengan perfect dalam waktu 1,5 jam,cukup cepat untuk hitungan pemula sepertinya.
Ia membalikkan badannya dan ia melihat anak anak itu memandang kagum gambarnya itu,sebuah gambar yang penuh dengan tema social yang cukup kental dengan permainan garis dan warna yang begitu indah.

“Nice man…” Panji menyalaminya dan memberikan sebuah kain lap basah untuk membersihkan tangannya yang kotor karena tetesan cat air.Ia lalu mengajak Rama dan Fynta berkeliling melihat pertunjukan lainnya sekaligus mengenalkan asal usul sanggar mereka.Sedangkan para anggota sanggar yang lain kembali melakukan aktivitasnya masing masing.

Kali ini mereka sedang menonton sebuah atraksi pantomim yang dilakukan oleh seorang bocah berusia sekitar 10 tahun yang dididik disanggar ini.Rama semakin terpukau dengan kehebatan para seniman Jogja itu.

“Setelah acara ini kita semua berniat untuk membuat acara yang lebih besar dan meriah dari acara kali ini Ram,dan aku harap kamu bisa ikut andil bersama kami.” Panji memberikan tawaran kepada Rama.

“Aku juga mau” Celetuk Fynta yang berada bersama mereka.

“Iya ..kamu juga tak ajak..” Jawab Panji dengan logat yang sedikit medok.

Fynta tersenyum,dan tidak bertanya lagi setelah dipelototi Rama.Rama merasa penasaran dengan ajakan Panji,ia lalu kembali melihat Panji dan menunggu pria itu meneruskan omongannya.

“Tema kita tetap sama,cuma untuk acara mendatang kita berencana untuk mengundang para pejabat kota ataupun keraton,juga para pengusaha pengusaha kaya yang membuka bisnisnya di Jogja ini.Soalnya dengan mengundang mereka kemungkinan besar target kita bakalan tercapai.” Panji melanjutkan penjelasannya.

“Targetnya emang apa mas Panji? “ Fynta menutupi rasa sakitnya karena baru saja Rama menginjak kakinya karena sudah lancang bertanya hal seperti itu.

Panji tersenyum dengan ulah kedua kakak beradik ini,ia lalu memegang pundak Rama dan berkata…

“Aku berharap kamu dan Fynta mau bantu kami,targetnya adalah dapat menyekolahkan 100 anak anak Jogja yang kehilangan masa masa belajarnya karena keterbatasan biaya orangtua mereka.Sebelumnya niat kami ini sudah pernah kami laksanakan,tapi kami hanya mampu menyekolahkan 15 anak saja,oleh karena itu kami memutuskan untuk membuat sebuah pergelaran yang baru saja aku jelaskan ke kamu Ram.” Panji mengakhiri ucapannya.

Rama sangat merasa simpati dengan mereka,informasi yang diberikan Panji sangat menyentuh hati Rama dan ia pun memutuskan untuk bersedia menjadi bagian dari mereka,para seniman jalanan yang sangat peduli dengan kehidupan sosialnya dan tidak tinggal diam membiarkan sebutan kota pelajar menjadi sedikit tercoreng dikarenakan banyaknya warga kota ini yang tidak mendapatkan status pelajarnya dikarenakan biaya pendidikan yang lumayan mahal.Fynta bangga dengan keputusan Rama tersebut,ia yakin untuk kali ini Rama bertindak menurut kata hatinya,bukan lagi menurut Bunda,seperti yang ia lakukan sebelumnya terhadap Gita.Mereka lalu menikmati acara itu sampai selesai dan pulang dengan perasaan yang begitu senang.Dalam hati Rama,ini adalah pengalaman baru yang harus ia coba.


Mulai saat ini segala aktivitas Rama banyak mengalami perubahan,sepulang sekolah ia tidak lagi langsung mengunci diri di ruangan pribadinya.Kini ia selalu menyempatkan waktunya untuk datang ke Sanggar Rumah,sebuah tempat dimana terdapat komunitas para seniman seniman Jogja yang mempunyai visi dan misi yang sama.Sesekali Fynta ikut dengannya,dan semakin lama ia semakin sering menghabiskan waktunya di sana.
Kali mereka mengadakan rapat untuk membagi tugas untuk persiapan pelaksanaan pergelaran seni yang sudah mereka rencanakan jauh jauh hari yang lalu.Semua anggota terlibat di dalamnya.Pada saat ini Panji yang merupakan orang yang dituakan di sanggar itu bertindak sebagai pemimpin rapat.

“Selamat malam teman teman,pada hari ini kita akan membentuk sebuah susunan kepanitiaan yang nantinya akan dikerahkan untuk mempersiapkan segala sesuatu hal yang berhubungan dengan rencana pertunjukan seni kita.” Semua peserta rapat dengan sangat khusus dan penuh keseriusan mendengarkan ucapan ucapan Panji.

“Walau pada dasarnya kita akan saling bahu membahu untuk mewujudkan cita cita kita ini,akan tetapi saya mohon kita dapat mulai dengan tugas tugas yang menjadi tanggung jawab setiap departemen terlebih dahulu.saya yakin teman teman semua dapat mengerti,dan akan bekerja dengan baik,ikhlas dan juga maksimal.” Panji mengutarakan harapan harapannya.

Panji mulai membagikan tugas tugas menurut keahlian mereka masing masing.Rama mendapat tugas sebagai seksi dokumentasi karena selain mempunyai camera video amatir,ia juga memiliki sedikit keahlian editing video yang pernah dipelajarinya ketika tinggal di Singapura waktu itu.Dengan ilmu yang ia miliki ini,mereka berharap Rama dapat membuat sebuah karya audiovisual yang berisi berbagai macam kegiatan mereka dari mulai persiapan sampai acara berlangsung yang akan ia rekam lalu diedit sehingga dapat menjadi sebuah tontonan yang menarik.Dan mereka sangat mempercayai jika Rama dapat melakukan hal itu.
Rama menerima tugasnya dengan senang hati,ia berjanji akan melaksanakan tugasnya dengan sebaik baiknya.Begitu pula dengan para anggota sanggar yang lain.Mereka sepakat untuk menjalankan kewajiban mereka dengan penuh rasa tanggung jawab.
Seluruh tugas sudah dibagikan kepada setiap anggota,rapat pun ditutup dengan doa dan sebuah harapan,harapan agar acara ini akan berjalan dengan lancar dan dapat mendapatkan hasil sesuai target yang diinginkan.Pada saat itu juga Rama mengeluarkan camera video miliknya yang sudah lama tidak ia pergunakan.Ia mulai merekam segala macam aktivitas yang sedang terjadi dilingkungan sanggar tersebut.

“Ram,kamu punya konsep apa buat dokumentasi acara kita ini.” Panji menghampiri Rama dan mengajaknya untuk mengobrol.

“Lo ada ide? “ Rama balik bertanya.

“Biarpun aku ada ide,ga akan juga aku kasih ke kamu,itu kan tugas mu toh.” Panji sedikit bercanda.

Rama sedikit tertawa,begitu pula dengan Panji.

“Gw mau coba bikin sebuah video yang berisi tentang perjuangan kita untuk mengadakan acara ini,mulai dari persiapan sampai pada waktu dimana acara itu berlangsung.Gw juga berniat nyisipin dialog dialog dengan para pendukung acara,dan tentunya wawancara dengan lo,sang pemimpin.” Rama menjelas sedikit konsep dokumentasi yang ingin ia buat.

“Hahaha…aku ga mau dibilang pemimpin,aku bukan pemimpin,aku penggerak..hahahaha….nggak Ram,aku cuma berusaha untuk mewujudkan impian mereka.Karena aku yakin,semua yang mereka inginkan,bukan hanya sekedar dari mulut mereka saja,melainkan benar benar ada sebuah niatan baik di dalamnya,yang dating dari hati mereka,dengan ikhlas.

“Terserah lo kalo emang ga mau disebut pemimpin,tapi kehebatan yang ada di dalam diri lo udah membuat kita semua merasa senang punya leader kayak lo.” Rama kembali memainkan handycamnya.

“Terima kasih Ram,kamu sudah bersedia ikut andil di acara ini,kita semua senang dan sangat berharap kamu bukan hanya menjadi anggota panitia acara kita,melainkan juga bersedia untuk menjadi anggota sanggar ini.” Panji melanjutkan ucapannya.

“Bukannya gw ga mau Nji,gw itu cuma penikmat seni,bukan seniman seperti kalian.” Rama berusaha menolak.

“Tapi,bukannya waktu itu Adikmu bilang kalo kamu ingin sekali menjadi anggota sanggar ini Ram? “ Panji teringat dengan perkataan Fynta waktu mereka baru saja berkenalan.

“Itu bisa bisanya si bawel itu aja,dia emang orangnya gitu,suka asal,suka ngambil keputusan sendiri,padahal ga tahu apa apa.” Rama sedikit membongkar sifat Fynta karena kembali meras kesal karena mengingat ulahnya waktu itu.

“Tapi tampaknya sayang sekali sama kamu.Ia begitu memperhatikanmu.” Panji lalu meninggalkan Rama yang sedang asik dengan handycamnya.

Senyuman Rama merekah,ia juga sangat yakin jika adiknya yang sudah sangat sering membuatnya naik darah itu sangat menyayanginya,begitu pula dengannya.Ia sangat menyayangi keluarganya lebih dari apapun juga.Ia melanjutkan kesibukannya dengan alat perekam gambar itu sampai ia merasa harus pulang,ia harus segera belajar karena beberapa hari lagi ujian akhir tingkat nasional yang akan menentukan berhak atau tidaknya para siswa kelas 3 untuk melanjutkan pendidikannya ditingkat perguruan tinggi akan segera berlangsung.

Ujian Akhir nasional pun tiba,para siswa kelas tiga yang ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi diharuskan lulus dalam ujian ini.Rama terlihat sangat mempersiapkan ujiannya dengan matang,ia ingin cepat cepat meninggalkan bangku sekolah yang menurutnya hanya sebuah syarat untuk menuju perguruan tinggi.Dan Institut seni itulah tujuan Rama berikutnya.Disanalah ia akan memulai melangkah untuk menggapai sebuah mimpi,sebuah harapan,dan sebuah cita cita yang sudah ia miliki sejak kecil.

****


Beberapa hari sudah dilewati para anggota sanggar dengan berbagai macam aktivitas mereka,ada yang membuat undangan yang mereka tujukan kepada para pejabat daerah dan juga pengusaha penguasaha kaya Jogjakarta,ada pula yang menyiapakan berbagai macam keperluan untuk keperluan dekorasi panggung,peralatan peralatan pentas,sampai mulai menyebarkan pamflet acara di berbagai tempat.Sebagian besar anggota sanggar tampak sedang berlatih menurut jenis pertunjukkan yang ingin mereka ditampilkan dengat sangat serius.Setelah berkeliling untuk membantu kesibukan dari setiap divisi dan juga mendokumentasikannya,kali ini Rama berada di antara para pemeran pertunjukan teater yang sedang berlatih,ia sangat serius memperhatikan adegan demi adegan yang sedang mereka lakukan.Sesekali ia mengarahkan handycamnya kearah mereka,dan semakin lama ia mulai tertarik dengan hal yang sedang ia saksikan tersebut.Sebuah seni peran yang sangat membutuhkan kreativitas,olah tubuh,dan olah vocal dari setiap anggota yang terlibat di dalamnya.Tiba tiba matanya terpaku pada Keken,salah seorang penggerak sanggar yang kali ini berperan sebagi sutradara dalam pertunjukan yang mereka beri judul menggapai mimpi tersebut,sebuah skenario cerita yang dibuat oleh sang sutradara tersebut.Kali ini keken sedang mengatur gerakan ataupun bloking para pemain,ia juga memberikan sedikit tata cara berdialog kepada setiapa pemeran.Rama memperhatikan setiap instruksi instruksi yang diberikan Keken kepada para pemainnya.Sekilas hampir mirip dengan gaya sutradara sutradara film yang sering ia lihat dalam acara behind the scene di televisi swasta.Perbedaannya,teater tidak memerlukan kamera sebagai media rekanm untuk mempertunjukkan karya mereka,karena mereka akan menampilkan karya mereka secara langsung,tanpa editan,dan tanpa “cut”,sebuah sebutan untuk menghentikan adegan karena sebuah kesalahan pemain atau pun kesalahan kesalahan teknis lainnya.Semua itu memberikan banyak ilmu yang sangat bermanfaat bagi dirinya dan juga bagi cita citanya.


Rama tempak terburu buru di dalam kamarnya,ia harus segera berada di sanggar karena tepat pukul tiga sore akan diadakan rapat anggota untuk membahas acara mereka yang akan mereka laksanakan 1 minggu lagi.Ia bergegas keluar kamar,menyalami Bunda dan langsung memacu vespanya menuju sanggar.Bunda yang sebenarnya ingin memberitahu Rama akan suatu hal penting terpaksa menunda rencananya itu karena melihat Rama yang terlihat terburu buru.Mulut Bunda hanya bisa menganga,menahan sebuah perkataan yang ingin ia sampaikan,karena Rama sudah menghilang dari pandangannya sebelum ucapan itu keluar dari mulutnya.Bunda lalu memutuskan untuk memberitahu berita tersebut ketika Rama pulang nanti malam.Ia lalu memutuskan untuk kembali menyirami tanamannya.


Rama baru saja sampai di tempat komunitas barunya bekumpul,ia memarkirkan vespanya dan buru buru masuk ke dalam aula tempat diadakannya rapat anggota karena merasa sudah telat sepuluh menit dari waktu yang sudah disepakati bersama.

“Maaf ya,gw telat…”Rama memberikan gerakan tangan seperti orang yang sedang memohon maaf.Ia lalu duduk di samping tepat di samping Keken yang bergeser untuk memberikan ruang untuk Rama.Ia lalu mengeluarkan handycamnya dan mulai merekan setiap kejadian yang sedang berlangsung.

“Gpp Ram,kita lanjut ya.” Ucap Panji.

“Pamflet kita sudah jadi,dan mulai malam ini kita dapat segera bergerak untuk menyebarnya kepada masyarakat luas.” Panji menunjukkan selembar kertas yang sudah di design semenarik mungkin oleh Rasyid.

Mereka bertambah antusias setelah melihat pamflet tersebut,muncul sebuah gairah yang cukup besar dari setiap panitia acara yang tidak lain adalah anggota sanggar tersebut.Panji lalu membagi bagikan kepada setiap anggota,dan sisanya ia berikan kepada seksi komunikasi untuk segera disebarkan.Rama berdecak kagum melihat design pamflet yang baru saja ia terima,ia berniat untuk segera menunjukannya kepada Fynta,yang sebenarnya termasuk dalam susunan kepanitiaan sebagai penggalang dana,tetapi karena ia sedang sibuk dengan tugas tugas sekolahnya ditambah merasa harus bertanggung jawab untuk menemani dan membantu Bunda di rumah ia kerap kali tidak dapat hadir diantara mereka.Tetapi kondisi itu sangat dipahami oleh teman teman sanggarnya,karena ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga acara ini dapat dipastikan akan terlaksana sesuai waktu sudah direncanakan.
Setelah mengikuti rapat tersebut,Rama kembali melihat anak anak teater yang sedang berlatih,tentunya dengan arahan Keken.Ia semakin menyukai seni peran tersebut,berjam jam ia habiskan di tempat itu.Ia lalu ikut membantu seksi komunikasi untuk menyebar selembaran pamflet acara mereka di jalan jalan dan juga sarana sarana umum lainnya,sampai akhirnya waktu mengharuskannya untuk pulang ke rumah karena sudah berjanji dengan ayah untuk pulang sebelum pukul dua belas malam karena ada suatu hal yang ingin disampaikan Orangtuanya.

Ayah,Bunda,dan Fynta sedang duduk di ruang keluarga,mereka sedang menunggu Rama untuk menyampaikan suatu hal penting yang harus diketahui anak sulungnya itu.Setelah menunggu hampir satu jam Rama akhirnya sampai dirumah,ia lalu duduk dan ikut bergabung dengan mereka.

“Kamu udah makan nak? “ Tanya Bunda dengan raut wajah yang tampak serius.

“Udah Bunda,ada apa sih,kok kayaknya penting banget.” Tanya Rama penasaran.

“Ini masalah kepindahan kita, besok malam kita semua harus sudah berada di Bandung.” Ayah langsung memulai ke titik pembicaraan.

“Loh kenapa Yah,bukannya kita masih ada waktu dua bulan untuk tinggal disini.” Rama sama sekali tidak menyetujui rencana tersebut.Ia tetap berpegangan kepada janji yang ducapkan Ayahnya ketika mereka baru saja sampai di Jogja waktu itu.

Ayah,Bunda,dan Fynta saling bertatapan,tampak dari wajah mereka jika persoalan ini sangat sulit untuk mereka terima.

“Ayah dipecat secara tidak hormat dari kantor,ada beberapa oknum tidak bertanggung jawab yang mempunyai posisi kuat di kantor ayah tidak menginginkan kehadiran Ayah di perusahaan tersebut,dan mereka memfitnah Ayah.Ayah dituduh korupsi,menggelapkan uang perusahaan,dan sekarang,selain Ayah harus angkat kaki dari perusahaan itu,ayah juga diharuskan untuk membayar semua kerugian kantor yang di klaim mereka terjadi karena ulah Ayah.Semua tabungan dan harta Ayah disita,bahkan mereka hampir saja menyita barang barang pribadi kalian jika saja kepala perusahaan yang di Jakarta tidak memberikan keringanan kepada Ayah.Mereka sebenarnya berat untuk mengeluarkan keputusan tersebut,akan tetapi,orang orang yang sudah memfitnah ayah sangat mempunyai andil yang cukup besar didalam perusahaan.”

Rama seperti disambar petir,ia tidak menyangka jika nasib akan membawa mereka kedalam tahap yang sesulit ini.Ia berusaha pasrah dan sabar.Ia bahkan sama sekali tidak menegeluarkan air mata.Di pikiran cuma satu,kejadian ini bukanlah hal yang dapat menggagalkan cita citanya,hanya Tuhanlah yang berhak untuk menggagalkan mimpi mimpi indahnya,cita citanya harus tetap berjalan,dan ia harus berhasil meraih mimpi mimpinya tersebut,agar dapat membahagiakan keluarganya yang saat ini sedang berada di bagian roda yang paling bawah,yang menahan beban,dan menempel ke aspal ataupun batu batu yang keras dan tajam.Tapi nampaknya langkahnya akan sedikit terhambat,karena ia tidak mau menambah beban Ayah dengan rencana kuliahnya yang akan membutuhkan biaya yang sangat besar.

“Terus,apa yang harus kita lakukan sekarang yah?”Tanya Rama,tetap dengan menahan rasa sedih dan kecewa.

“Kita harus berangkat ke bandung nanti pagi” Jawab ayah

“Kenapa Bandung Yah?” Rama mempertanyakan mengapa mereka harus kembali ke kota yang sudah memberikan kejadian kejadian buruk,yang sudah hampir berhasil ia lupakan.


“Ingat sama Pak Suryo,atasan Ayah ketika bekerja di Bandung,beliau menawarkan Ayah untuk membantunya mengelola usaha yang baru ia rintis di daerah Sulawesi Utara.Dia percaya jika Ayah sama sekali tidak bersalah dengan kejadian ini,akan tetapi ia tidak dapat berbuat pembelaan apa apa,karena jabatannya masih dibawah oknum yang sudah menjatuhkan ayah tersebut.” Ayah menjelaskan alasan mengapa Bandung menjadi kota tujuan mereka berikut.

“Tapi,bukannya Fynta sebentar lagi ujian Yah? “ Tanya Rama,ia tetap belum bisa sepenuhnya untuk menerima kenyataan ini.

“Urusan sekolah kalian sudah diatur sama anak buah Pak Suryo,dan sampai saat ini semuanya tidak ada masalah.” Ayah kembali menjelaskan.

Rama terdiam,terlihat jelas dari raut wajahnya jika ia sedang memikirkan sesuatu hal yang sangat penting bagi dirinya.

“Bunda tau kalo kamu merasa berat meninggalkan teman teman senimanmu itu.” Bunda yang sejak tadi hanya menangis mulai ikut berbicara.

Rama heran dengan kalimat Bunda,ntah dari mana Bunda tahu dengan apa yang sedang ada dipikirannya tersebut.

“Aku udah ceritain semuanya ke Bunda.” Ucap Fynta yang juga menangis sebelumnya.

“Paling tidak sampai minggu depan Yah,aku mohon.Izinin aku untuk ngerasain indahnya kebersamaan untuk sekali ini saja,Rama merasa nyaman dengan mereka,mereka sudah membuka mata Rama akan indahnya kebersamaan.” Rama memohon.

“Maaf Ram,anggap saja perubahan kamu tidak datang pada waktu yang tepat.” Sebenarnya Ayah sangat tidak ingin mengeluarkan kalimat terakhirnya itu,akan tetapi itu semua terpaksa dilakukannya,karena ia sudah berjanji dengan dirinya,tidak akan membiarkan keluarganya hidup terpisah dari dirinya.

Rama hanya dapat menunduk,ia tidak bisa memaksakan kehendaknya,ia kembali pasrah,lalu pamit untuk menuju kamar dan membereskan barang barang pribadinya.

Mereka sekeluarga kembali ke Bandung,kota yang mereka pernah tinggali sebelumnya.Kali ini mereka hanya berencana untuk tinggal selama lima hari,menginap di sebuah villa milik Pak Suryo di daerah Bandung atas sampai dengan waktunya untuk berangkat ke Sulawesi tiba.

******

Sudah hari kelima mereka di Bandung,dan Rama tetap dengan laptopnya,sedangkan Bunda dan Fynta sibuk membereskan barang barang mereka,karena malam ini mereka akan berangkat menuju Sulawesi.Sebuah pesan masuk kedalam email Rama,ia membukanya dan terkejut membaca isi dari pesan tersebut.Disitu tertulis jika baru saja ada sebuah musibah gemba bumi yang menimpa kota Jogjakarta dan sekitarnya.Rama berusaha mencari kebenaran dari berita tersebut,ia mencari cari di beberapa web,ia juga menyalakan tv di ruang keluarga,dan akhirnya kebenaran itu terungkap,mutlak,dan benar benar terjadi.Gempa berkekuatan 7,6 skala rickter tersebut sudah meluluh lantakan kota pelajar tersebut.Banyak sekali bangunan yang hancur,korban pun bergelimpangan.Rama berusaha menelpon teman teman sanggarnya,akan tetapi seluruh jaringan telepon putus,dan tidak satupun ada yang dapat dihubunginya.Ia hanya berharap informasi dari siaran televisi yang saat ini sedang ia pelototi.
Sebuah gambar yang memperlihatkan salah satu bangunan yang hancur,rata dengan tanah.Rama memperhatikan rekaman itu dengan seksma,sampai akhirnya ia yakin jika yang barun saja ia lihat adalah Sanggar Rumah,tempat bernaungnya para teman teman seniman jalanannya di Jogjakarta.

“Diberitakan sebuah bangunan yang merupakan sanggar seni milik salah satu seniman idealis Jogja rubuh,diketahui pada saat kejadian ini berlangsung para anggota sanggar sedang berada di dalam,dan dipastikan mereka menjadi korban bencana alam tersebut.Sampai saat ini belum diketahui jumlah korban tewas maupun luka luka,akan tetapi,dipastikan hamper seratus persen korban tewas,” Sebuah tagline yang dibacakan presenter berita tersebut membuat Rama seakan ingin menangis,di satu sisi ia merasa bersalah karena telah meninggalkan tanggung jawabnya kepada teman teman sanggarnya,akan tetapi ia juga merasa beruntung karena Tuhan selalu melindungi keluarganya,walaupun semua ini diberiNya dengan cara pemecatan Ayah dari perusahaan tempatnya bekerja.Pikirannya semakin terbuka,ia pun menunduk,berdoa untuk teman temannya itu dengan batin yang menahan tangis.

Kamis, 17 Juni 2010

ANAK TANGGA TERAKHIR - PART 3

Berbagai macam cara April lakukan untuk mewujudkan rencananya untuk memikat hati Rama,dari mulai menambah porsinya untuk bertandang kerumah Rama,memikat hati Fynta dengan sering mengajaknya jalan jalan mengelilingi tempat tempat yg mengagumkan di Bandung,bahkan sampai dengan memberikan barang barang kesukaan Rama yang ia tahu dari Fynta.Bahkan ia juga sudah mulai terlihat sangat akrab dengan Bunda dan Ayah Rama,semua itu dilakukannya dengan satu alasan,menaklukan hati Rama,dengan cara apapun.
Pada hari ini Rama sedang menikmati makan malamnya,hanya berdua Bunda,karena Ayah belum pulang kantor sedangkan Fynta sedang asik jalan jalan bersama April.

“Kamu ga ada acara kan hari Ram? “ Tanya Bunda.

“Ga ada Bunda,emang kenapa? “ Rama sangat menikmati makanannya.

“Tadi April telepon Bunda,dia bilang sebentar lagi mau datang kerumah,dia dan Fynta masih di perjalanan menuju kesini.” Rama tersedak,ia lalu meminum segelas air putih,dan buru buru menyelesaikan makanannya.

“Aduh..aku lupa Bunda kalo hari ini ada janji sama teman sekolahku buat ngerjain tugas.” Rama memberikan alasan yang sangat tidak masuk akal bagi Bunda,karena Rama sama sekali tidak pernah melakukan hal yang ia katakana barusan semenjak mereka meninggalkan Jakarta delapan tahun silam.

“Kamu ga lagi bohongin Bunda kan Ram.” Bunda memberikan sindiran dengan terus melanjutkan makannya.

“Please Bunda,aku ga mau ketemu April.” Rama akhir mengatakan hal yang sebenarnya sedang berada di otaknya.

“Terus Bunda nanti ngomong apa sama dia,tadi Bunda udah bilang kalo kamu ada dirumah.” Bunda sebenarnya sangat memahami alasan Rama,akan tetapi menurut Bunda tidak ada salahnya jika ia ingin merubah sifat dingin Rama terhadap wanita yang cantik,sopan, dan pintar.Bunda menilai jika sikap April selama ini menunjukkan jika ia akan sangat menyayangi Rama dan juga keluarganya.

“Terserah Bunda deh mau ngasih alesan apa sama dia,yang jelas aku lg ga mau ketemu…Dah Bunda…” Rama mencium pipi Bunda lalu pergi meninggalkan meja makan.

Bunda menjadi bingung memikirkan alasan yang akan dia berikan kepada April,ia merasa tidak enak hati kepada wanita yang terlihat sedang jatuh cinta kepada anak sulungnya itu.April ternyata sudah berhasil memikat hati keluarga Rama,terutama Fynta dan Bunda.

Tidak lama dari kepergian Rama,April dan Fynta tiba di rumah mereka,Bunda menyambut dengan sedikit perasaan bersalah karena sudah membiarkan Rama pergi.

“Aku manggil Abang dulu ya Pril.” Fynta berjalan menuju kamar Rama yang terletak di lantai dua rumahnya.

“Rama ga ada.” Ucap Bunda,langkah Fynta terhenti,ia memandang Bunda.

“Tadi bukannya Bunda bilang Bang rama ada dirumah? “ Tanya Fynta heran.

“Barusan dia pergi,katanya ada tugas yang harus ia selesaikan dirumah temannya.” Bunda berbohong,mengikuti permintaan Rama.

“Rumah temennya,sejak kapan dia punya temen?” Fynta tidak percaya,ia lalu berusaha menelpon Rama,tapi tak kunjung diangkat.

Bunda yang tidak mau berbohong lebih banyak lagi pergi meninggalkan mereka berdua,sekarang hanya ada Fynta yang masih sibuk menelepon Rama dan April yang merasa sedikit diabaikan Rama.Tapi itu semua tidak membuat gadis cantik dan kaya raya itu menyerah,dan ia masih mempunyai banyak cara untuk memuluskan rencana itu.

“Emang dia biasanya kemana Fyn,kalo keluar rumah? “ Dari wajahnya April sama sekali tidak terlihat kesal dengan kejadian ini.

“Palingan kalo ga ke coffee shop ya ke bioskop.” Fynta terlihat bete karena Abangnya baru saja membuatnya dan Bunda merasa bersalah kepada April.

“Kamu tau dimana tempatnya? “ Tanya April.

“Aku cuma tau namanya aja,tapi ga tahu tempatnya.” Jawab Fynta sedikit putus asa.

“Ayo kita susul Rama.aku tau semua tempat tempat nongkrong di Bandung.” Ucap april,setelah berpamitan dengan Bunda,mereka berdua lalu meninggalkan rumah untuk menyusul Rama.

Rama terlihat sedang memasuki sebuah minimarket 24 jam untuk membeli sekaleng kopi dingin,dan juga rokoknya yang sudah mau habis,ia lalu segera keluar dari toko itu setelah membayar.

“Rama..” Seorang wanita yang ternyata Hilda,karyawan studio tempatnya membuat tattoo menegurnya.

“Hi…” Rama lalu menghampiri wanita yang sedang duduk didepan minimarket itu bersama kedua teman lelakinya yang penuh dengan tattoo.

“Gabung atuh Ram.” Hilda lalu mengenalkan Rama kepada kedua temannya itu.

Rama lalu duduk di antara mereka,ia sangat merasa tidak enak dengan Hilda jika menolak ajakannya untuk bergabung,karena Gadis itu sudah banyak memberikan informasi mengenai tattoo,bahkan dengan alasan jika Rama adalah saudara sepupunya,si pembuat tattoo yang juga pemilik studio itu memberikan diskon yang lumayan besar ketika ia membuat tattoo yang sekarang menempel di badannya.

“Sendirian? “ Tanya Hilda sambil memberikan sebotol bir hitam kepada Rama.

“Iya…” Rama memberikan kode jika ia tidak mengkonsumsi alcohol.

“Oh maaf,ga suka ya? “ Hilda menarik kembali botol itu dari hadapan Rama.

“Ga pernah.” Ia membuka minuman kalengnya,lalu meminumnya.

Kedua teman Hilda memandang Rama dengan anehnya,karena ucapan Rama yang terakhir.Mereka berdua lalu tersenyum aneh dan saling bertatapan.Hilda tidak memperdulikan kedua temannya yang tampak sedang mengecilkan Rama tersebut,ia terus mengajak Rama untuk mengobrol sampai akhirnya ia harus pergi karena ajakan kedua temannya itu.Rama akhirnya juga meninggalkan mini market itu yang sudah mulai ramai dengan orang orang yang sedang nongkrong sambil menikmati berbagai macam beer yang dijual di mini market tersebut.

Ketika sudah sampai di ujung gang rumahnya,Rama mengurangi laju vespanya untuk memastikan apakah April masih ada dirumahnya atau tidak.Setelah dipastikan mobil April tidak ada di depan rumah,ia akhinya langsung melanjutkan laju vespanya dan masuk kerumah.Ia mengunci pintu kamarnya,karena yakin Fynta akan melakukan inspeksi mendadak ke dalam kamarnya.Sebatang ganja yang sudah dilinting dibakarnya sampai habis,ia lalu menyalakan I tunes di laptopnya,dan musik reggae pun mengalun,keluar melalu speaker aktifnya.

Fynta dan April sudah mulai putus asa untuk mencari keberadaan Rama,sudah berbagai tempat mereka kelilingi dan Rama tidak juga ditemukan.Mereka lalu memutuskan untuk pulang dengan perasaan kecewa.

“Kemana ya tuh orang,dia ga mungkin nonton bioskop malem malem gini,dan sangat mustahil kalo dia benar benar kerumah temannya untuk mengerjakan tugas.” Fynta menggaruk kepalanya,bertanya dalam hati.

Mereka masuk kedalam mobil April,dan mobil itu begerak meninggalkan tempat yang baru saja ia datangi itu.

“Fyn,kamu setuju ga kalo aku pacaran sama Rama? “ Dengan serius April mengendarai mobil mewahnya.

“Setuju lah.” Jawab Fynta setelah sebelumnya kaget dengan pertanyaan April tersebut,sebenarnya ia belum berpikiran sejauh itu,jika April ingin berpacaran dengan Abangnya,bahkan ia sangat yakin jika Rama sama sekali tidak tertarik kepada April,karena ia sangat mengerti dengan pola pikir Abangnya itu.Akan tetapi karena tidak ingin membuat April yang sudah sangat baik kepada keluarganya kecewa,dan dengan niatan membuat Rama membuka matanya akan keindahan wanita ciptaan Tuhan,ia terpaksa berbohong,dan seakan akan sangat menyetujui jika Rama menjalin hubungan serius dengan April.

“Berarti kamu bisa bantu aku dong? “ Lanjut april.

“Maksudnya? “ Fynta pura pura tidak mengerti.

April menjelaskan salah satu rencananya untuk memikat Rama,ia memberikan sebuah kertas yang diberikan oleh seorang spg sebuah produk rokok di depan coffee shop tadi kepada Fynta.Fynta menganggukan kepalanya sebagai tanda jika ia mengerti dengan apa yang harus ia lakukan,ia lalu melipat kertas itu dan memasukkannya kedalam saku celananya.
Fynta turun dari mobil April setelah sebelumnya cipika cipiki ketika mereka sudah sampai di sepan rumah Fynta. Fynta berjalan lemas,ia langsung bergegas masuk ketika melihat vespa Rama yang terparkir di dalam garasi rumahnya

“Bang..Bang..Bang..” Fynta mengetuk pintu kamar Rama sambil memanggil Abangnya itu karena pintu kamarnya dikunci.

Rama yang sedang menikmati efek ganja yang baru ia hisap memperbesar volume speakernya.Ia pura pura tidak mendengar panggilan dan ketukan pintu Fynta.

“Aku tau kalo Abang belum tidur” Fynta kembali berteriak.

“Bang…Buka dong,ada hal penting nie…” Fynta terus berusaha memaksa Rama untuk membuka pintu kamarnya.

Rama tetap sama sekali tidak memperdulikan Adiknya yang sedang berteriak di depan pintu kamarnya.Ia malah asik membakas satu batang ganja lagi.

“Bukan tentang April kok,sumpah.” Fynta sadar jika Rama pasti sudah menduga maksudnya untuk masuk kedalam kamar.

“Sumpah bang,kalo aku nyebut nama April,aku janji rela diusir keluar kamar pada saat itu juga.” Fynta menyenderkan tubuhnya di pintu.

Rama lalu memutar kunci dan membuka pintu kamarnya,dan spontan Fynta yang sedang bersender jatuh dan hampir menimpanya.

“Aduh…Bilang bilang kek kalo mau buka pintu.” Fynta lalu tersenyum senang karena merasa rayuannya berhasil.

“Apaan yang mau lo omongin,cepet ngomong terus langsung keluar.” Rama tidak memperdulikan Fynta yang hamper terjatuh karena ulahnya.

“Bulan depan ada pameran film independent karya sutradara sutradara terkenal seasia tenggara.” Fynta mulai mengutarakan maksud kedatangannya sambil menyerahkan selembar kertas bertuliskan informasi mengenai acara yang ia maksud itu kepada Rama.

Rama membaca yang tertulis di kertas itu,ia melihat beberapa nama sutradara favoritnya yang tercantum sebagai peserta pameran besar tersebut.Ia sama sekali tidak terlihat tertarik dengan informasi yang diberikan selembaran kertas itu,ia lalu meletakkannya diatas meja belajarnya dan meneruskan bermain dengan laptonya.

“Udah,ini doang yang lo mau kasih tau gw.” Pertanyaan Rama ini membuat Fynta terkejut,ia tidak menyangka jika Abangnya itu sama sekali tidak tertarik dengan informasi yang ia bawa,padahal setau Fynta Rama sangat mencintai film.

“Iya…” Jawab Fynta ketus,karena merasa kesal dengan respon Rama itu,ia lalu keluar dari kamar Rama.

Fynta ternyata tertipu,Rama sangat tertarik dengan informasi yang diberikan Fynta,setelah meyakinkan jika Adiknya tidak akan kembali masuk kedalam kamarnya,ia langsung menelepon hotline penyelenggara acara tersebut.Akan tetapi menurut seseorang yang ia mintai keterangan tersebut undangan tidak dijual bebas,hanya para pemenang undian yang diadakan produk penyelenggara acara itulah yang dapat memiliki tiket,selebihnya undangan diberikan kepada insan insan perfilman dan orang orang tertentu.Ia lemas mendengar keterangan yang diberikan panitia tersebut,ia sangat menginginkan datang di acara tersebut,bahkan ia berencana untuk mengikuti kuis yang diadakan salah satu produk yang merupakan sponsor utama acara tersebut.Ia membuka laptopnya,mencari informasi mengenai acara itu melalui dunia maya.
Rama akhirnya menemukan sederet persyaratan yang harus dilakukan jika ingin mengikuti kuis tersebut,ia sempat bimbang apakah ia mampu untuk memenangkan undian itu,tapi karena tekadnya untuk hadir dalam pameran tersebut,ia berniat untuk menjalankan semua persyaratan tersebut.

****



Membaca di perpustakaan sekolah sudah menjadi kebiasan Rama saat ini,dan ia sangat nyaman dengan hobi barunya itu.Ia dapat mengurangi pengeluarannya untuk membeli novel karena ia mendapatkan banyak bacaan di perpustakaan sekolahnya.

“Lagi baca apa Ram? “ Untuk kesekian kalinya siswa yang bernama Radit mengganggu kenikmatan bacanya.

“Novelnya Diana Puri yang baru.” Rama menyebutkan nama salah seorang pengarang favoritnya sambil terus membaca,seakan tidak memperdulikan anak itu.

“Oh…yang judulnya Cita itu ya? “ Ia kembali bertanya

“Iya…”

“Emangnya lo belum pernah baca? “

“Belum”

“Gw punya semua novel dia”

“Oh…”


“Eh Ram,Lo suka main game ga? “ Tanya Radit.

Rama yang terganggu dengan pertanyaan pertanyaan ga penting itu akhirnya menutup novelnya dan berniat untuk memberikan penjelasan kepada Radit jika ia sedang tidak ingin diganggu,akan tetapi emosinya itu tiba tiba lenyap karena melihat majalah yang sedang dibaca Radit.Sebuah majalah yang berisi berita berita games PC terkini,dan tampak tulisan dan gambar sebuah game favoritnya tepat dihalaman yang sedang dibaca anak itu.Radit yang sadar jika Rama sedang memperhatikan majalah yang sedang ia baca kembali bertanya.

“Lo tau game ini? “ Tanya Radit sambil menunjuk kearah majalahnya.

“Tau.” Jawab Rama.

“Lo pernah mainin? “ Tanya Radit lagi

“Pernah.”

“Sekarang masih main? “ Radit yang menjadi penasaran.

“Ga terlalu sering,tapi paling tidak hampir setiap hari gw mainin.”

“ID lo? “ Radit semakin menikmati topik pembicaraan mereka.

“Anaktangga…” Radit tampak terkejut,ia menahan tawanya dan mengajak Rama untuk kembali bersalaman seperti ketika mereka baru kenal dulu.

“Kenalin,gw Kucing Anggora.” Kali ini Rama yang kebagian merasa kaget.Mereka berdua lalu bersalaman.Mereka berdua lalu melepaskan tawanya.Bagi Radit,ini adalah sebuah hal sangat mengejutkan,karena tanpa disengaja ia sedang melakukan kopi darat dengan teman sepermainan dunia mayanya,sedangkan Rama,walaupun ini bukan sebuah hal yang begitu mengesankan baginya,ia tetap berusaha menyeimbangi sikap Radit.Dengan suara berbisik bisik,mereka melanjutkan obrolan sampai bel tanda istirahat berakhir.

Sebuah kamar yang penuh dengan buku buku dan juga lukisan lukisan amatir yang terpajang di hamper setiap sisi dinding,Radit yang berada di dalam kamar itu terlihat sedang menyalakan komputernya karena sudah membuat janji dengan Rama yang tak lain adalah teman dunia mayanya untuk memainkan game yang yang selalu mereka berdua mainkan.Koneksi internet tersambung,Radit menuliskan nama ID dan passwordnya,lalu dengan seketika ia masuk ke dalam sebuah loby permainan.Ia mencari nama Anaktangga di setiap room balapan yang tersedia,akan tetapi nama itu belum ditemukannya.Ia lalu memulai permain sambil menunggu Rama masuk kedalam permainan tersebut.
Sedangkan disebuah kamar yang lain,Rama terlihat sedang menulis diatas sebuah kertas,ia mematikan rokoknya yang baru saja ia habiskan setengah,itu bukan rokok yang biasa Rama hisap.Ia lalu melipat kertas itu yang ternyata adalah bungkus sebuah merk rokok yang dibentang Rama hingga membentuk sebuah lembaran kertas,tidak lagi berbentuk kotak sebagaimana mestinya.Ia lalu memasukkannya dalam amplop.
Rama ternyata jadi mengikuti kuis yang beberapa hari lalu sudah ia rencanakan.Dan kini ia sudah mempunyai 10 amplop dengan isi yang sama,ia lalu pergi menuju kantor pos dan lupa akan janjinya kepada Radit.
Sepulangnya dari kantor pos Rama teringat akan janjinya kepada Radit,ia lalu membuka laptop dan mulai masuk kedalam permainan itu.

Kucing Anggora : “Kemana aja lo? “ Radit langsung menyapa Rama ketika Rama baru saja login.

Anaktangga : “Sorry Dit,gw tadi keluar rumah sebentar.” Jawab Rama.

Kucing Anggora :” Abis dari mana lo? “ Nampaknya Rama sadar jika Radit adalah orang yang suka bertanya,atau bahasa kasarnya banyak nanya.

Anaktangga : “Dari kantor Pos.”

Kucing Anggora : “Abis ngirim apa Ram? “

Anaktangga : “Main yuk….” Rama mengalihkan pembicaraan.

Kucing Anggora : “Solo atau Tim? “ Tantang Radit.

Anaktangga : “Bebas..”

Kucing Anggora : “Gaaaassss….” Mereka bermain,mengalahkan setiap lawan,saling bekerjasama,tertawa,dan saling mengumpat lawan lawan mereka yang terkadang berlaku licik dengan menggunakan cheat yang dapat diakses gratis melalui banyak situs.

Ini memang hanyalah sebuah permainan,akan tetapi boleh percaya atau tidak,tingkat sosialisasi yang ditimbulkan oleh permainan ini hampir menyaingi beberapa jenis situs jejaringan sosial yang mulai merebah di Indonesia.Bahkan sering terjadi hubungan persahabatan,bahkan sampai dengan percintaan antara pemilik ID setelah mereka melakukan kopi darat.Dan Radit nampaknya mulai menemukan sosok yang sangat menakjubkan untuk dijadikannya seorang sahabat,karena ternyata nasibnya tidak berbeda jauh dengan Rama,yang hidup dengan keterbatasan hubungan social dengan orang orang disekitarnya.

****



Rama sedang sibuk dengan pertanyaan pertanyaan Radit,ia sedang menikmati air putih dinginnya di sebuah meja kantin sekolahnya bersama teman dunia mayanya yang sekarang sudah menjadi teman di dalam dunia nyatanya itu.Obrolan mereka masih sekitar buku bacaan dan permainan game mereka,tapi tiba tiba Radit mulai bertanya macam macam mengenai hal hal pribadi Rama.

“Oh,ade lo sekolah disini juga ya? “ Mungkin jika ditulis pertanyaan Radit ini sudah masuk di dalam lembaran kedua.

“Iya.” Rama mulai merasa bosan dengan pertanyaan pertanyaan itu.

“Namanya siapa? “

“Fynta.”

“Kenalin gw dong.”

Radit menatap aneh Rama karena pertanyaannya itu.

“Tenang aja Ram,gw ga bakalan ngegebet ade lo kok,gw udah punya gebetan.” Radit menepis pikiran negatif yang sempat menempel di otak Rama.

“Eh..ngomong ngomong lo udah punya pacar belum Ram? “ Sekarang Radit Nampak mengorek informasi mengenai Rama.

“Belum.” Walaupun tidak nyaman dengan perasaan itu ia tetap menjawabnya.

“Bohong lo,tampang kayak lo gini ga mungkin kalo ga punya pacar,malah gw denger denger banyak banget anak anak sekolah kita yang naksir berat sama lo,dari mulai anak kelas 1 sampai kelas 3.” Radit tetap dengan sikap sok asiknya,tanpa memperdulikan Rama yang mulai menunjukkan kebosanan dengan raut wajahnya.

Rama tidak menanggapi kalimat barusan,ia lalu pamit untuk masuk kelas duluan,tetapi Radit mengikutinya sampai kedalam kelas Rama,dan ia pun tetap menjadi tembok yang penuh dengan pertanyaan pertanyaan yang terkadang digolongkan Rama sebagai pertanyaan gak penting.Ia lalu meminta izin untuk berkunjung kerumah Rama,sekedar melihat lihat koleksi buku Rama sekaligus upaya untuk mencoba lebih bersahabat dengannya,akan tetapi dengan halus Rama menolaknya,ia beralasan jika ia harus mengantar Bundanya untuk berbelanja,alasan itu sangat dipahami Radit.

Alasan Rama bukanlah sebuah kebohongan belaka,karena ia benar benar berjanji untuk mengantar Bunda berbelanja untuk kebutuhan rumah tangga.Akan tetapi ia berniat membatalkan janjinya karena menegetahui jika April yang saat ini sedang berada di kamar Fynta memaksa untuk mengantarkan mereka berbelanja.Awalnya Bunda menentang pembatalan janji Rama,segala alasan Rama sama sekali tidak membuat hati Bunda luluh karena ia paling tidak suka dengan orang yang suka membatalkan ataupun mengingkari janji,apalagi jika yang melakukan itu adalah anaknya.Rama pasrah,akan tetapi sebuah telepon membuatnya mempunyai sebuah alasan yang sangat masuk akal.


“Halo Dit,lo jadi kerumah gw? “ Tanya Rama dengan suara yang sengaja diperkeras.

“Loh,emang lo ga jadi nganterin nyokap lo Ram ? “ Tanya si penelpon itu yang ternyata adalah Radit.

“Alamatnya gw sms ya..”

“Oh..iya…” Radit bingung dengan perubahan pikiran Rama itu,padahal niat ia menelpon Rama hanyalah untuk menanyakan tentang suatu yang berhubungan dengan jadwal sekolah mereka.

“Bawa novel novel lokal lo ya Dit.” Suara Rama makin keras,dan ia tetap berdiri di dekat Bunda.

“Daaahhh.” Rama menutup ponselnya,ia lalu tersenyum kepada Bunda dan masuk kekamar.Bunda hanya memandangi anak sulungnya itu sambil mengenyutkan dahi.

April,Fynta sudah siap untuk berangkat menemani Bunda,akan tetapi mereka seperti kehilangan sesuatu,yaitu Rama.

“Bang Rama mana Bunda? “ Tanya Fynta,April juga terlihat menunggu jawaban Bunda.

“Dia ga jadi ikut,temen sekolahnya ada yang mau datang.” Jawab Bunda.

“Bunda maunya aja sih dibohongin dia terus,waktu itu katanya mau kerumah temennya,sekarang dia bilang temennya mau dateng,tapi setau Fynta sampe sekarang belum ada satupun siswa disekolahku yang rela ia jadikan sahabat ataupun teman.” Fynta merasa Rama mulai terlalu vulgar untuk menghindari April.

“Hush..Sama saudara sendiri aja kok ya ga percaya,tadi temennya telepon,persis dia lagi di depan Bunda.Bunda mendengar semua pembicaraan mereka.” Bundi sedikit melirik kearah April.

“Bukan mereka Bunda,tapi Cuma suara Rama yang Bunda dengar.” Bunda tidak mengerti dengan maksud kalimat Fynta,akan tetapi mereka akhirnya tidak memperpanjang masalah setelah April tiba tiba berusaha meyakinkan Fynta jika alasan Rama mungkin saja benar.Walaupun sebenarnya ia sangat merasa kesal karena hal ini,tapi ia tidak mau memperlihatkan kepada Fynta dan Bundanya.

“Rama,,Bunda berangkat ya.” Teriak Bunda karena ia yakin Rama sama sekali tidak mau menampakkan wajahnya didepan April.Mereka lalu berangkat menuju sebuah swalayan di daerah Dago.

Tidak sampai satu jam kemudian Radit sampai di rumah Rama,setelah memencet bel berulang kali barulah Rama keluar untuk membukakan pintu.

“Maaf Dit,gw ga denger suara bel.” Rama mempersilahkannya masuk.

“Santai Ram…” Radit tampak menyukai interior rumah Rama yang penuh dengan barang barang modern dengan nuansa seni yang cukup kental.Apalagi ketika ia masuk kedalam kamar Rama,walaupun ukurannya hampir sama dengan kamarnya,akan tetapi berasa jika ia bukan berada di sebuah kamar,melainkan di sebuah ruangan pribadi yang penuh dengan berbagai macam inspirasi,berjudul judul buku buku dari berpuluh puluh pengarang terkenal,ratusan LD dan DVD film,CD dan poster poster Bob Marley,berbagai macam bentuk sepatu skate,beraneka ragam warna topi pancing,dan barang barang lainnya tampak sangat indah di posisinya masing masing.

“Gila kamar lo Ram,pantesan lo betah banget dikamar.” Puji Radit.

“Ini bukan kamar,ini private room gw.” Ucap Rama sambil sedikit tertawa.Loh kok Rama jadi sok asik ya,tetapi itu semua keluar begitu saja,mungkin karena ia merasa jika Radit adalah orang yang sangat bersahabat.Dan ia hanya berusaha untuk mensejajarkan posisinya saja.

“Nice room man…Nyokap lo jadi pergi sama siapa? “ Radit mulai kumat dengan pertanyaan pertanyaannya.

“Sama ade gw.” Jawab Rama,ia tidak ingin Radit mengetahui tentang April,karena hal itu dapat menambah pertanyaan pertanyaan Radit.

“Naik apaan? “

“Taksi.”

“Tega lo,tau gitu tadi lo bilang aja ma gw,kan kita bias nganterin nyokap lo pake mobil gw,terus kita ngopi ngopi kek sambil nungguin mereka belanja.” Pernyataan ini bukanlah sebuah basa basi,akan tetapi benar benar dikatakan Radit dengan tulus.

“Yaudahlah..swalayannya juga ga jauh dari rumah gw.” Rama membakar rokok barunya.

“Nih,novel yang lo minta.” Radit menyerahkan beberapa buah novel yang lumayan langka bagi pecinta novel.”

“Wih..ga nyangka gw lo beneran punya koleksi nie novel,ini kan langka banget.” Rama melihat novel itu dengan kagum.

Radit hanya tertawa kecil,ia lalu kembali memberikan pertanyaan kepada Rama,terus bertanya dan terus.Dari cerita cerita Radit,Rama akhirnya sadar jika teman barunya itu memiliki sifat yang hamper sama dengannya.Banyak yang diceritakan Radit kepada Rama mengenai hidupnya,salah satunya Radit adalah tipe seorang pria.Ia juga menceritakan jika ia terlahir dari keluarga broken home,orangtuanya sudah lama pisah,dan saat ini ia memilih untuk tinggal sendiri dirumah yang dibelikan Ayahnya yang berprofesi sebagai pejabat tinggi kota Bandung,sedangkan Ibunya sudah lama meninggalkannya,oleh karena itu ia tumbuh menjadi anak yang sangat membutuhkan kasih sayang seorang wanita.Oleh karena itu ia berjanji dengan dirinya akan melakukan apapun demi seseorang wanita yang sedang ia cintai dan itu sedang ia alami,ia menceritakan jika sedang mencintai seseorang yang bernama Aya,seorang gadis kelas 3 SMA elite Bandung.Ia mengatakan jika sudah mengejar cinta Aya selama tiga tahun lamanya,dan ia mendapatkan respon respon positif dari gadis idamannya itu,selain itu ia juga banyak menceritakan tentang hoby melukisnya, dan semakin lama Rama pun semakin memahami karakter anak itu.Ia mulai merasa sedikit nyaman untuk bersahabat dengan Radit.
Semakin hari kedekatan Rama dan Radit semakin terlihat sebagai seorang sahabat sejati,walaupun Rama masih menganggap Radit hanya seorang teman untuk sedikit bertukar pikiran.Mereka sering menghabiskan waktu bersama,sekadar untuk ngopi bareng di sebuah kedai kopi di dago,ataupun dateng kesebuah pameran pameran lukisan.

****



Mungkin saat ini Rama sudah sedikit membuka wawasannya akan sebuah kehidupan sosial,ia sudah tidak terlalu sering lagi untuk menghabiskan waktu dengan dirinya sendiri karena belakangan ini Radit sering untuk mencoba masuk di dalam kehidupan sosialnya.Akan tetapi Rama sama sekali tidak pernah menceritakan hal hal yang baginya tidak pantas diketahui Radit,walaupun senbenarnya Radit sudah menganggapnya sebagai seorang sahabat.Radit juga sangat memahami sikap dan perilaku Rama,walaupun terkadang Rama suka tidak menjawab pertanyaan yang ia berikan,bahkan seringkali mengacuhkannya.Itu semua tidak menjadi masalah bagi Radit karena ia mulai memahami sifat Rama dan dapat beradaptasi dengan sifat Rama tersebut.
Kali ini Radit mengantarkan Rama menuju kantor pos untuk mengirim amplop amplop Rama yang berisi syarat untuk memenangkan undian yang selama ini ia idam idamkan.Karena paksaan Radit,mereka akhirnya menuju rumah Radit setelah menyelesaikan urusan Rama di kantor pos.Radit ingin sekali memberitahunya akan sebuah barang yang sangat berarti baginya,walaupun Rama tidak terlalu penasatan dengan barang itu ia terpaksa mengikuti kemauan Radit karena tidak ingin membuat sahabat barunya itu tersinggung.
Mereka berdua sekarang sudah berada di dalam kamar Radit,kamar yang penuh buku buku,barang barang gadget,dan majalah majalah games,akan tetapi ada satu hal yang membuat Rama merasa kagum dengan kamar Radit,yaitu lukisan lukisan karya Radit yang dipajang rapih di dinding dinding kamarnya.Satu persatu lukisan itu diperhatikannya dengan seksama,dan ia yakin jika lukisan lukisan itu dibuat dengan penuh rasa,karena ia menangkap banyak sekali makna yang terkandung dari karya karya Radit itu.Radit mengeluarkan sebuah lukisan lagi dari dalam ruang kecil yang biasa dipergunakan Radit untuk melukis.Ia memperlihatkan kepada Rama,sebuah lukisan bergambar seorang wanita,dan walaupun wajah wanita yang tergambar diatas kanvas itu tidak terlalu jelas akan tetapi dapat dipastikan jika ia adalah seorang gadis yang sangat cantik,Radit membuatnya dengan rasa cinta yang sangat dalam.

“Dia adalah wanita yang sudah tiga tahun ada di dalam hati gw” Radit mulai menjelaskan makna lukisan itu.


“Terus kenapa belum lo pacarin Dit? “ Tanya Rama.

“Ga segampang itu Ram buat benar benar bikin dia yakin kalo gw sangat serius mencintainya.”

“Halah…lo jangan suka melebih lebihkan perasaan lo Dit” Saran rama.

“Sama sekali ga ada yang dilebih lebihkan Ram,semuanya benar benar gw rasain,dan gw yakin usaha dan kesabaran gw selama ini bakal menuai hasil yang memuaskan”

“ Yaudah,,,terserah lo aja deh,lakukan aja yang menurut lo baik.” Ucap Rama yang sebenarnya tidak terlalu menyukai pembicaraan mengenai wanita.Akan tetapi sebagai sahabat ia merasa harus mendengarkan keluah kesal Radit.

“Gw mau nembak dia minggu depan.” Radit kembali meletakkan lukisan itu di dalam ruang lukisnya.

Rama diam saja,ia juga tidak tau harus berkata apa.

“Dan lukisan itu akan gw jadiin senjata.” Radit melanjutkan kalimatnya.

Rama memberikan jempol kepada Radit,walau bagaimana pun ia mendukung rencana Radit.

“Oh iya Ram,sampe sekarang lo belum ngasih tau gw dengan maksud lo ngirim amplop sebanyak itu di kantor pos tadi.” Bertanya mode on

“Ga penting buat lo tau.” Jawab Rama.

“Lo ga asik ah,gw aja selalu nyeritain semua tentang gw sama lo,tapi lo kayaknya tetap tertutup sama gw.” Radit mulai merasa terganggu dan berusaha untuk merubah sifat tertutup Rama yang belum juga berubah.

“Tapi ga ada untungnya juga kan kalo lo tau.” Kalimat Rama membuat Radit untuk tidak melanjutkan pertanyaannya.Dan Radit merasa jika Rama belum menganggapnya sebagai seorang sahabat.

“Gw tau kalo lo sangat susah untuk percaya sama seseorang,apalagi sama orang yang baru lo kenal,tapi ga ada salahnya kan Ram kalo lo mau sedikit berbagi cerita sama gw,siapa tau gw bisa bantu.Gw ini sahabat lo Ram” Kali ini Radit terlihat sangat serius.

Rama tertawa kecut,ia tidak menyangka jika Radit begitu tulus untuk bersahabat dengannya,padahal dimatanya Radit belum dapat dikatakan sebagai sahabat,sebuah hal yang sangat mempunyai arti yang sangat dalam baginya.



“Halaaah.. lo terlalu sering mendramatisir Dit,jangan terlalu kritis jagi orang.” Candaan kecil Rama ini membuat Radit terpaksa harus melupakan pertanyaan pertanyaannya.

“Gw cabut ya….Udah sore.” Pamit Rama,ia mengambil tasnya lalu bersiap untuk pulang.

“Oke Ram,hati hati lo.” Ucap Radit,ia lalu mengantarkan Rama sampai ke teras depan,tempat Rama memarkirkan vespanya.Rama pun meninggalkan Radit,setelah beberapa kali membunyikan klakson vespanya.


“ Radit,satu satunya orang yang mempunyai porsi yang cukup besar untuk dikatakan sebagai teman sekolah,mungkin karena gw sama dia banyak kesamaan hobi.Pertemanan gw sama dia nggak hanya di sekolah,beberapa kali gw melakukan kesibukan kesibukan lain diluar kegiatan sekolah bareng tuh anak,dan pada dasarnya sebenernya gw udah kenal sama dia,tapi hanya di dunia maya.Tapi sampe sekarang gw sama sekali belum menganggap dia seorang sahabat,karena bagi gw persahabatan itu sangat penuh dengan arti,sangat tulus,tidak memandang kaya,miskin,besar,kecil,hitam,putih,dan apapun perbedaan perbedaan itu.Dan sampai sekarang gw belum merasakan hal itu dari setiap kehidupan social gw.Bagi gw Radit cuma temen biasa,dan gw masih belum bisa untuk terlalu banyak omong sama dia,apalagi mengenai sesuatu hal yang gw anggap privasi.”

Rama membakar rokok barunya,ia mengistirahatkan jarinya yang sudah berjam jam menekan tombol tombol keyboard laptopnya.Sejenak ia berpikir tentang masa depannya,cita citanya,dan semakin lama timbulah sebuah obsesi yang terwujud dari motivasi motivasinya sejak dulu,sejak ia mulai mencintai film dan novel.Dengan semangat yang menggebu gebu,ia lalu melanjutkan tulisannya.


Di sudut ruang tamu,Fynta terlihat sedang mengintip kearah teras depan rumahnya,ia sedang memperhatikan gelagat Rama yang ampak aneh.Sudah dua jam Rama duduk di kursi itu,seskali ia berjalan mundar mandir di depan kursinya,dan Fynta sama sekali tidak tau apa yang sedang ada di otak Abangnya itu.Ia lalu memberanikan diri untuk bertanya langsung kepada Rama demi mengobati rasa penasarannya itu.Ia berjalan keluar,menatap Rama,tersenyum,dan duduk disampingnya.Sekarang gantian Rama yang merasa ada yang aneh dengan Adik semata wayangnya itu,tapi ia kembali hanyut dalam pikirannya tanpa memperdulikan kehadiran Fynta.

“Lagi nunggu apa bang? “ Fynta memberanikan diri untuk bertanya.

Rama terlihat sangat terganggu dengan kehadiran Fynta,dan sama sekali tidak memperdulikan pertanyaan Fynta.

“Bang…Ditanya juga,nanti budeg beneran loh.” Fynta menjadi semakin pensaran.

Rama hanya meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya,memberi isyarat untuk menyuruh Fynta diam.karena Fynta tidak juga pergi,Rama akhirnya memutuskan untuk kembali kedalam kamar,meninggalkan Fynta yang sedang keki berat karena sikap Abangnya itu.
Langkah gadis itu untuk masuk kedalam rumah terhenti karena suara klakson motor dari arah pagar rumahnya,ia lalu berjalan kearah sumber suara itu,yang ternyata berasal dari sebuah motor orange bertuliskan Pos dan Giro.Tukang pos itu memberikan sebuah amplop yang ditujukan kepada Muhammad Ramadhan.Fynta menerima amplop itu dengan sedikit bertanya tanya,akan tetapi ia laangsung berlari kedalam rumahnya setelah mengucapkan ucapan terima kasih kepada pengantar surat tersebut.

“Ini kan yang dari tadi Abang tungguin? “ Fynta masuk kedalam kamar Rama dan mengibas ngibaskan amplop yang baru ia terima itu kearah Rama.Rama berusaha mengambilnya akan tetapi dicegah Fynta.

“Eitsss…kasih tau ahu dulu ini isi amplopnya apaan? “ Fynta mendekap amplop itu.

“Lah,gw aja belum liat bagaimana gw bias tau isi amplopnya.” Jawab Rama ketus.

“Masa sih ga tau,bukannya amplop ini yang dari tadi Abang tungguin? “

“Udah ah sini,itu kan buat gw,kenapa jadi kayak lo yang punya.jangan kayak anak kecil,dewasa dikit kenapa sih” Rama terlihat mengomel.

“Nih,sama ade kandung sendiri aja kayak gitu,gimana sama orang lain,ampun deh gw.” Fynta menyerahkan amplop itu dengan kesal.

Rama menyadari jika Fynta sedikit ngambek,ia lalu mengambil amplop yang di kanan atasnya terdapat logo sebuah merk rokok terkenal itu,membuka,lalu membacanya.Dan ternyata,yang tertulis di amplop itu bukanlah sebuah hal yang ia harapkan karena disitu tertulis jika ia tidak berhasil memenangkan kuis berhadiah tiket pameran film Asia tenggara yang ia ikuti belakangan ini,dan sebagai tanda terima kasih karena keikutsertaannya dalam kuis tersebut,pihak penyelenggara memberikan sebuah souvenir yang dapat diambil di kantor pusat panitia penyelenggara kuis tersebut.Seketika wajahnya menjadi lesu,hilang sudah harapannya.Fynta yang masih memasang muka ngambeknya menjadi semakin penasaran dengan isi dari amplop tersebut karena sudah membuat Rama menjadi lesu.

“Kenapa Bang? “ Fynta memberanikan dirinya untuk kembali bertanya,Rama memberikan selembaran yang ia pegang kepada Fynta,lalu pergi meninggalkan rumah untuk mencari udara segar di luar sana.

Fynta membaca tulisan yang tertera di dalam selembaran itu,perlahan ia mulai mengerti jika selama ini Rama telah membohonginya dengan berpura pura tidak bernafsu dengan informasinya akan pameran film tersebut,padahal sebenarnya ia sangat berantusias dengan acara itu sampai sampai memutuskan untuk mencoba keberuntungannya dengan cara mengikuti kuis yang berhadiah tiket acara tersebut.Fynta tersenyum,kali ini ia merasa menang,ia lalu menelpon seseorang dengan ponsel yang ia pegang.


Kepulan asap keluar dari segelas kopi hitam yang terletak di atas meja Rama,Ia sedang membaca novel yang ia pinjam dari Radit,sebuah novel yang menceritakan akan indahnya persahabatan,dengan beberapa karakter unik yang menghiasi cerita didalam karangan penulis Indonesia tersebut.Sesekali ia tersenyum tipis jika ada kejadian kejadian lucu yang diceritakan lewat beberapa bagian dari novel tersebut.Tiba tiba sebuah suara nada panggilan di ponselnya membuat konsentrasi membacanya terganggu,ia mengangkat panggilan itu.

“Halo..” Rama melupakan novelnya sejenak.

“Kamu dimana? “ Si penelpon itu ternyata April,dengan nomer cdma nya.

“Ini siapa? “ Tanya Rama karena merasa tidak mengenal nomer yang memanggilnya.

“Aku April..” Jawab wanita yang sedang menjadi lawan bicaranya itu.

“Oh..Ada apa Pril? “ Rama sedikit malas dan langsung menanyakan maksud tujuan April untuk meneleponnya.

“Ganggu ya? “ Tanya April.

“Nggak kok,ada apa emangnya sih? “ Rama semakin malas dengan basa basi April.

“Maaf deh kalo ganggu,aku cuma mau nawari kamu tiket pameran Film,soalnya aku denger kamu suka sekali sama film,makanya aku langsung bilang mau waktu Papah nawarin tiket pameran yang ia dapat dari kerabatnya itu.” April mengutarakan maksud dari teleponnya.

“Hah..Yang bener lo ? “ Raut wajah Rama langsung berubah dalam seketika.Ia lalu tersadar jika baru saja berbicara dengan volume suara yang lumayan keras,ia juga sedikit mencoba lebih tenang.

“Bener,masa aku bohongin kamu.Kamu tertarik ga buat dateng ke acara itu? ” April meyakinkan Rama,dan mulai memancingnya.

Rama diam,ini mungkin bisa diartikan sebuah dilema,disatu sisi Rama sangat menginginkan tiket pameran itu,akan tetapi ia sama sekali tidak mau untuk berhutang budi dengan April.Ia benar benar sangat bimbang,sebuah pilihan yang sulit baginya,untuk bertahan dengan prinsip,dan kata hati,atau sedikit melupakan itu semua demi mendapatkan sebuah hal yang sangat ia gemari.

“Rama..Menurut yang aku baca di internet,pameran film Asia Tenggara ini hanya dilakukan selama 5 tahun sekali loh,dan kali ini Bandung menjadi tuan rumahnya.” April memang bukan gadis yang polos,ia sangat cerdas untuk menghadapi Rama.

Rama tetap diam,tapi tiba tiba keberanian untuk menolaknya muncul.

“Maaf Pril,gw ga bisa,mungkin….”

“Aku tunggu di tempat pameran itu satu jam sebelum acara session pertama dimulai….Byee ” Ucapan Rama baru saja diputuskan oleh kalimat diatas.Dan dilema itu masih ada.

“Lain waktu….” Rama melanjutkan perkataannya dengan pelan,ketika April menutup teleponnya.


Muka Rama terlihat sedang menahan geramnya,dan Radit sedang menyipitkan matanya untuk menghindari debu debu yan berterbangan di depannya.Mereka berdua sedang berada diatas vespa tua berwarna hitam,dengan Rama sebagai pengendaranya.Kejadian ini berawal dari permohonan Radit yang kesekian kalinya untuk kembali bertandang kerumah Rama,kali ini dengan alasan ingin memilih sendiri novel yang akan dipinjamkan Rama,sebagai penukar novel yang telah Rama pinjam darinya.Dan dengan sangat terpaksa untuk kesekian kalinya pula Rama mengabulkan permohonannya itu.Sejak satu minggu yang lalu Radit selalu mengekori Rama dengan berbagai alasan,itu semua dilakukannya karena ingin membuat Rama yakin jika ia adalah sahabatnya.
Hal seperti itu sering kali terjadi,dan semakin lama Rama pun semakin bisa menerima Radit,setidaknya sebagai satu satunya teman dekatnya.Radit pun merasa lebih nyaman untuk mengajak Rama untuk saling sharing,sebagai patner dalam kehidupannya yang selalu sepi,bahkan keceriaan pun tidak pernah ia rasakan dari keluarganya selain harta berlimpah.


Sampai suatu ketika Rama sedang berada di perpustakaan sekolahnya,seperti biasa,Pertanyaan pertanyaan Radit mengganggu konsentrasi membaca Rama.

“Ram,hari ini ada acara rencana mau keluar rumah ga? “ Bisik Radit

“Mang kenapa? “ Rama balik bertanya.

“Nanti sore gw mau nembak Aya,cewe idaman gw.Gw udah yakin sekarang waktu yang tepat.” Suara Radit sedikit mengeras.

“Terus? “ Rama sebenarnya sama sekali tidak tertarik mengenai cerita Radit tersebut,apalagi ia menganggap cerita Radit itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan pembicaraan mereka sebelumnya.Ia tetap membaca bukunya.

“Gw mau ntraktir lo makan entar malem,soalnya gw yakin Aya bakalan nerima gw.” Ucap Radit denga penuh keyakinan.

“Yaudah kabarin gw aja.”

“Oke..”


Rama sedang berada di sebuah Mall,setelah melihat jam tangannya ia lalu masuk kedalam sebuah toko kopi kecil yang berada di mall itu untuk menikmati menu hariannya,secangkir kopi hitam dan rokok,tapi kali ini rokoknya sudah kembali berubah seperti biasanya.Tiba tiba saja ponselnya berbunyi,sebuah panggilan dari Radit,ia mengangkatnya dan terlibat sedikit pembicaraan dengan temannya itu.
Tidak lama kemudian Radit datang menemui Rama,ditangannya tampak sebuah bungkusan besar,mukanya terlihat kecewa.

“Pokoknya hari ini gw mau ngikutin lo terus Ram.” Ucapan pertama Radit ini membuat Rama terkejut,Radit lalu duduk di hadapan Rama,membelakangi pintu masuk.

“Apa apaan lo..” Elak Rama.

“Ram,lo kan temen baik gw,masa lo ga mau nemenin gw satu hari ini aja.” Paksa Radit.

“Lo kenapa sih?” Rama masih tidak mengerti.

“Batal rencana nembak gw,tiba tiba si Aya ngebatalin janji buat ketemu gw,dia ada keperluan yang ga bisa ditinggalin,dan katanya keperluan itu penting untuk masa depannya.” Radit menceritakan kejadian memilukan itu.

“Yaudah kan bisa lain waktu lo nembaknya.” Rama yang biasanya malas jika Radit sedang menceritakan kisah cintanya,kali ini terlihat lebih bersahabat.Perlahan ia mulai ikut sedikit merasakan apa yang sedang dirasakan oleh Radit pada saat ini.

“Gw maunya hari ini Ram,ini hari bersejarah buat gw.” Ucapan Radit.

“Yaudah lewat telepon aja.” Rama sama sekali tidak mau tau dengan alasan hari bersejarahnya Radit tersebut.

“Ga bisa bro…Lo kan tau gw harus nyerahin ini lukisan.” Radit menunjuk bungkusan yang ia bawa.

“Kan bisa lo kirim kerumahnya,tambahin bunga,didalem bungkusannya lo tulis deh tuh ungkapan ungkapan cinta,utarain maksud lo.” Kali in Rama terlihat mirip Will Smith di film Hitch,seorang penasihat cinta,yang selalu memberikan trik trik serta kata kata yang indah untuk memuluskan kisah cinta setiap kliennya.

“Wow good idea,thanks ya Ram.” Radit terpesona mendengar usul Rama tersebut,ia lalu menerawang dan memikirkan sebuah rencana.

“Tapi gw ga bisa nemenin lo nie Dit.” Ucap Rama.

“Loh,kok gitu Ram,emang kenapa.”

“Sebentar lagi gw ada acara.”

“Ya gw ikut ke acara lo.”

“Ga bisa.”

“kenapa ga bisa,ga ada yang ga bisa di dunia ini bro....,gw kencing dulu ya ” Radit lalu beranjak dan berjalan menuju kamar mandi.

Rama memilih melanjtkan membaca novelnya,tiba tiba Rama terpana melihat seseorang yang sekarang sedang berdiri di belakang kursi Radit.

“Kok kamu nunggu disini,untung aku ngeliat.” Orang itu ternyata April.Sebenarnya tujuan Rama datang ketempat ini adalah,menghadiri undangan April untuk datang dalam acara pameran film Asia tenggara yang akan berlangsung pada jam lima sore nanti,tepat di bioskop yang terletak di lantai 5 mall tersebut.Sebuah keputusan yang sangat membuat Rama merasakan dilemma yang cukup lama.Akan tetapi,ia akhirnya menyerah kepaa dirinya sendiri dan menerima ajakan April.Tapi ia sebenarnya tidak berjanji di tempat ini,nampaknya gadis itu tidak sengaja melihat Rama ketika sedang berjalan menuju ke lantai lima.

Rama terlihat panik,ia tidak mau jika Radit sampai tau jika ia saat ini sedang merencanakan untuk jalan berdua dengan seorang wanita,karena hal itu akan akan menjadi bahan celaan Radit untuknya.Tapi nampaknya semua itu akan segera terjadi,tepat pada saat April duduk di depannya pada saat bersamaan Radit muncul,Rama menahan rasa paniknya,ia pura pura tenang.

“Ram,aku yakin kamu bakal dateng,makanya aku rela nge cancel semua janji janji ga penting,Cuma buat kamu,maaf..maksudku cuma buat ke acara ini,sama kamu.” April terlihat sedikit malu,sedangkan dibelakangnya ada Radit yang menghentikan langkahnya karena merasa teman baiknya itu sedang berbicara serius dengan seorang wanita,ia sangat senan jika akhirnya Rama mulai merubah sikap sikap dan pemikiran anehnya itu,dan ia baru sadar dengan alasan Rama melarangnya untuk mengikutinya.Ia lalu memberikan kode kepada Rama untuk meneruskan obrolannya tanpa memperdulikan dirinya,dan ia pun berniat untuk langsung pulang karena hari ini temannya yang satu itu sedang benar benar tidak mau diganggu.Akan tetapi ia lupa dengan bungkusannya.Ia pun terpaksa untuk mengambilnya.

“Sori Ram lukisan gw.” Radit sedikit malu malu untuk mengambil lukisannya.Tiba tiba matanya terpana melihat gadis cantik yang dari tadi hanya dilihat punggungnya saja.April pun tidak kalah terpananya,bahkan wajahnya menjadi panik ketika menyadari akan kehadiran Radit tersebut,mereka berdua bertatapan,sampai akhirnya Rama memandang Rama geram,ia menghela nafasnya.

“Oh,jadi lo juga suka makan temen ya Ram? “ Pertanyaan radit yang penuh emosi ini membuat Rama terlihat bingung.

“Maksud lo apa sih? “ Rama memandang Radit,dan juga April,karena ia merasa ada sesuatu yang berhubungan dengan gadis itu.

“Ini,lo ternyata juga punya hubungan khusus kan sama Aya? “ Radit menunjuk kea rah April yang tidak lain adalah Aya,gadis yang selama ini dikejar kejar Radit.

“Sekarang gw tau kenapa lo ga pernah ngerasain persahabatan,karena sebenernya bukan elo yang ga pernah mau bersahabat,tp orang orang yang ga pernah mau bersahabat sama lo karena lo suka makan temen” Ucap Radit ketus,amarahnya benar benar memuncak,ia bahkan sama sekali tidak berpikir jika selama ini Rama sudah menjadi teman baiknya,dan itu semua sirna karena perasaan cintanya kepada Aya.

“Dan kamu…Aku pikir tiga tahun waktu yang cukup untuk berharap cinta dari kamu,bahagiain kamu,punya masa depan indah bersama kamu,tapi…kayaknya cowo munafik ini bisa ngasih semua yang aku ga bisa kasih ke kamu.” Radit pergi meninggalkan mereka.Rama hanya diam tanpa kata,di hatinya hanya sebuah pemikiran,kali ini hatinya kembali menang,dan ia telah salah mengambil keputusan.Andaikata ia tidak berteman dekat dengan Radit,ini tidak akan terjadi,begitupun jika andai saja ia menolak ajakan April.Ia tersenyum kepada April yang sedang menahan tangisnya lalu pergi,melupakan acara pameran itu,dan tentunya juga melupakan semua hal yang berhubungan dengan kejadian ini.

“Ram..Aku sayang kamu” Ucapan April menghentikan langkah Rama.

“ Maaf Pril,dari dulu gw ga pernah ngerasain rasa apa apa dari cewe manapun.” Rama melanjutkan langkahnya,meninggalkan April yang kali ini mulai menangis,memang pada awalnya Rama adalah hanya dijadikan sebuah permainan untuk menguji kehebatan dirinya akan seorang pria,akan tetapi semua itu berubah ketika ia mulai mengenal Rama dan keluarganya lebih dekat.Dan kali ini ia benar benar jatuh cinta kepada cowo yang baru saja meninggalkannya itu.


Rama menacap gas vespanya,kejadian tadi membuatnya menjadi kesal,ia tidak menyangka kenapa ia yang terlihat sebagai penyebab permasalahan ini,padahal ia sama sekali tidak tau jika April itu adalah Aya,dan ia pun juga sama sekali tidak mempunyai perasaan apapun kepada April atau yang ternyata juga dikenal dengan nama Aya,ia hanya memuluskan keinginannya saja untuk menonton pameran tersebut.Ia ingin cepat cepat sampai dirumah untuk mengutarakan semua kekesalannya ini kepada blog pribadinya.
Akan tetapi sebuah kejadian tidak menegenakkan kembali hadir di hadapannya,seorang pemuda yang berumur lebih tua darinya terlihat sedang memukuli seorang gadis yang mungkin saja istri atau pacarnya.Sebenarnya Rama tidak ingin ikut campur dengan apa yang sedang ia lihat,akan tetapi ia meminggirkan vespanya dan berniat melerai perkelahian itu setelah melihat jika gadis yang sedang menjadi korban itu adalah Hilda,pegawai studio tattoo yang sudah sangat baik kepadanya.
Sempat terjadi perang mulut diantara Rama dan pemuda tersebut,dan berakhir dengan sebuah pukulan kecil kearah mulut Rama yang meneyebabkan bibirnya sedikir mengeluarkan darah segar.Pemuda itu pun lari setelah diancam oleh Hilda.Rama kembali mengumpat dirinya,ia merasa kembali salah mengambil keputusan,akan tetapi ia merubah raut wajahnya,ia pura pura bersikap santai di hadapan Hilda yang saat ini sedang merasa tidak enak kepadanya.

“Kamu ga apa apa Ram? “ Tanya Hilda panik,ia memegang bibir Rama,dan Rama pun sedikit meringis.

“Gpp..” Rama mengelap darahnya.

“Maaf ya Ram,kamu jadi ikut ikutan kena pukul sama si anjing itu.”

“Itu siapa? “ Tanya Rama.

“Orang gila,ga penting buat lo tau.” Hilda menutupi identitas orang yang baru saja berlaku kasar kepadanya.

Rama tidak berusaha untuk memaksa Hilda memberi tahu siapa pemuda itu.

“Mau nagnterin gw pulang ga? “ Tanya Hilda sedikit menggoda.Rama sempat berpikir dengan permintaan Hilda tersebut,ia takut salah lagi untuk mengambil keputusan.

“Oh Tuhan,Kau begitu sempurna,Maha Kuasa.Dalam waktu setengah hari Kau sudah ciptakan beraneka ragam tragedi di depan mataku.hamba ikhlas ya Allah” Ucap Rama dalam hati.Ia lalu memilih untuk menerima permintaan Hilda.

Sesampainya dikostan Hilda Rama langsung dipersilahkan untuk masuk kedalam,Rama menolaknya akan tetapi Hilda menarik tangan Rama dengan mengatakan jika ia ingin mengutarakan permohonan maafnya dengan cara mengobati luka Rama.Rama pun akhirnya tidak bisa mengelak dengan paksaan Hilda.

“Kok lo bisa ada disana Ram? “ Tanya Hilda sambil mengumpulkan obat obatan untuk mengobati Rama.

“Gw kebetulan lewat.” Jawab Rama,ia merasa risih berada di dalam kamar itu.

“Gimana tattoo lo? “ Hilda mengubah topic pembicaraan dan berusaha mengobti luka Rama.

“Bagus kok,gw suka.” Sesekali Rama meringis kesakitan karena tangan Hilda terlalu kuat menekan bibirnya.

“Ga ada clien yang ga suka sama hasil tattoo di studio kita.Mereka bahkan berani bayar berapapun untuk gambar gambar yang mereka inginkan.” Tambah Hilda.

“Oh…” Rama memberikan reaksi yang lumayan dingin.

“Gw ganti baju sebentar ya Ram.” Hilda mengambil beberapa pakaiannya dan masuk kedalam kamar mandi.

Tidak lama kemudia Hilda keluar dengan menggunakan hotpans yang sangan ketat dan mini ditambah atasan tanktop sexy berwarna putih,yang menembuskan bentuk dan tali bra hitamnya.Tubuhnya begitu sexy,melebih bentuk tubuh selebriti selebiriti bahkan bintang porno sekali pun.
Mata Rama sempat sedikit terpana dengan penampilan Hilda,ia lalu kembali mengalihkan pandangannya sebelum Hilda sadar.mereka pun asik mengobrol,sesekali Hilda memberika gerakan gerakan sedikit genit kepada Rama,dan Rama tidak bias menghindar.
Hilda merasa jika Rama cukup meneyenangkan untuk dijadikan teman mengobrol,setidak pada saat ini.Lama kelamaan muncul sebuah hasrat yang selalu tidak bisa ditahan oleh Hilda,ia meras jika Rama sangat menggairahkan,perlahan ia mulai memainkan tangannya ketubuh Rama dan membuat anak SMA itu bingung,Rama berusa menghindar,akan tetapi Hilda terlihat sangat bernafsu,sampai akhirnya Hilda menelentangkan Rama,dan kali ini ia berada di atas tubuh Rama yang sudah tergeletak tak berdaya.

to be continue...

Selasa, 15 Juni 2010

ANAK TANGGA TERAKHIR - PART 2

Pintu gerbang sekolah hampir saja ditutup,dari kejauhan tampak Rama yang sedang membocengi Fynta dengan kendaraan antiknya itu,ia menambah kecepatan agar segera sampai di dalam sekolah sebelum pintu itu tertutup rapat dan akhirnya ia berhasil memarkirkan Bako tepat pada saat gerbang tertutup.Ia masuk kedalam kelasnya dan bersiap untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar pada hari ini.Ia mengikuti semua mata pelajaran dengan sangat serius dan bersemangat.Sepulang sekolah ia buru-buru menuju parkiran,lalu segera pulang tanpa menunggu Fynta yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.Ia memacu vespanya dengan kencang,melewati toko-toko para pengrajin Bali,puluhan restoran Babi panggang,hingga akhirnya ia sampai ke suatu tempat,dari luar bangunan itu persis sebuah distro maupun FO,dengan neon box bertuliskan “Kuta Mushroom”.Rama masuk kedalam toko dan tak lama keluar dengan membawa plastic yang di dalamnya terdapat sebuah gelas plastik berisi minuman berwarna coklat butek,persis seperti warna air kali ciliwung.Ia lalu melanjutkan perjalanannya untuk pulang kerumah.

“Rama….” Seseorang berteriak menyebut Rama itu dan berjalan ke arahnya.Rama terlihat sangat takut dengan kehadiran orang itu yang terus menerus memarahinya.Ia lalu mengucek matanya dan orang itu tetap ada di depannya.Rama berusaha untuk lari akan tetapi jalan keluar sangat jauh dari posisinya berdiri saat ini,dan ia akhirnya terjatuh karena terus menerus mundur dengan perasaan takut.Orang itu mengangkat tangannya dan berusaha untuk menyerang Rama.

Suasana depan rumah Rama sunyi sepi,hanya terdengar suara adzan yang berkumandang,lalu tiba-tiba terdengar sebuah kegaduhan.

“Aaaaaaaaaaaaaaaaa……..” Rama berteriak sampai akhirnya Fynta datang dan menyadarkannya.

“Gw mimpi ya Fyn? “ Tanya Rama,dari wajahnya sangat terlihat jelas jika ia sedang ketakutan.

“Nggak..” Jawab Fynta polos.

“Terus tuh orang mana sekarang?’ Rama mencari seseorang yang tadi hampir saja membunuhnya .Sedangkan Fynta mencari cari hal apa yang membuat Abangnya seperti ini,tetapi ia tidak menemukan apa-apa,selain sebuah gelas plastik kosong,yang tergeletak di bawah poster Edward Scisorhand yang belum sempat Rama pajang di dindingnya.

“Aneh,makanya jangan kebanyakan nge ganja.” Celetuk Fynta sambil berjalan meninggalkan Rama yang masih merasa sangat parno dengan kejadian yang baru saja ia alami.Gadis itu pun lupa dengan maksud kedatangannya ke kamar Rama.

Tidak lama kemudian Fynta kembali ke kamar Rama karena teringat suatu hal yang lupa ia sampaikan,akan tetapi lagi lagi tertunda karena Rama sama sekali tidak memperdulikannya dan asik menonton sebuah film komedi dengan suara tawa yang cukup keras.

“Aaahhh….kenapa sih nie orang,tadi ketakutan,sekarang malah ketawa gak karuan.Makanya jangan kebanyakan ngendem dikamar,gila beneran baru tau rasa.” Fynta langsung berlari menuju dapur ketika mendengar suara panggilan dari Bunda yang menyuruhnya untuk membantu menyiapkan makan malam.


“Baru kali ini gw nyobain yang namanya mushroom,awalnya seluruh cahaya cahaya lampu di dalam kamar terlihat indah bagaikan bintang dan efeknya sangat dasyat,baru minum satu gelas aja gw udah kayak orang gila.Gw ngeliat Edward Scisorhand keluar dari frame poster yang belum sempet gw pajang,dia ngejar-ngejar gw,sampai akhirnya dia berusaha untuk ngebunuh gw dengan kedua tangannya yang penuh dengan benda benda tajam yang bisa nyabut nyawa gw dengan sesaat dan itu semua bukan mimpi,gw yakin itu bukan mimpi.” Tulis Rama didalam blognya.

Bunyi ponsel menghentikan gerakan jemari Rama yang sedang asik menekan tombol tombol keyboard laptopnya.Ia lalu mengangkat panggilan yang ternyata dari Gita itu.

“Halo…” Sapa Rama

“Malam Rama,lagi ngapain? “ Suara Gita mengalun halus ditelinga Rama

“Lagi dikamar aja Git,lo udah pulang kerumah ya ? “ Rama mencoba untuk berbasa basi

“Iya,kok tau.” Gita merasa senang karena Rama ternyata mengikuti perkembangannya

“Tadi Bunda ngasih tau gw,tapi lo pulang bukan karena bosen dirumah sakit kan ? “

“Sebenernya karena itu sih,tapi kata dokter kondisi saya memungkinkan kok buat istirahat dirumah aja.”

“Bagus deh kalo gitu,ada apa Git,kok sempet-sempetnya telpon gw bukannya istirahat,biar cepet sembuh.”

“Justru dengan mendengar suara kamu kamu bikin saya jadi cepet sembuh” Gita tersenyum malu setelah mengucapkan kalimat itu.

“Halah…Emangnya gw Afgan,atau Pasha Ungu yang bisa bikin fans fansnya yang udah sekarat bisa idup lagi” Celetuk Rama

“Ahh..kamu ngawur deh.Ram,kamu mau nemenin saya jalan jalan Ga? “ Gita akhirnya mengutarakan keinginannya setelah sebelumnya sempat ragu ragu untuk mengatakannya.

“Lo mau jalan jalan kemana? “ Tanya Rama

“Kamu mau nemenin saya jalan jalan Ram? “ Gita balik bertanya karena tidak yakin dengan ucapan Rama yang terkesan menerima ajakannya.

“Kenapa enggak,gw juga butuh reflesing nie,udah seminggu lebih ga keluar rumah.” Rama menggaruk garuk kepalanya

“Terima kasih Rama,gimana kalo kita ke Tanah Lot.Kamu belum pernah kesana kan? “ Gita yang sedang girang sejadi jadinya menawarkan sebuah tempat tujuan.

“Siap…kapan lo mau kesananya ?”

“Besok sore,kamu ga ada acara kan? “

“Nggak ada kok,yaudah kalo maunya besok,mau gw jemput apa langsung ketemu disana aja? “

“Ga usah pake dijemput ah Ram,saya ga mau makin ngerepotin kamu.Kita ketemu disana aja,papahku punya toko souvenir disana,kita ketemu disana aja,nanti saya sms alamat toko papah.” Gita membolak balikkan tubuhnya,badannya seakan tidak bisa diam karena kegembiraan yang sedang ia rasakan ini.

“ Sip…”

“Udah dulu ya Ram,sampai ketemu.” Pamit Gita

“Okay…” Balas Rama

“Daaaah”

“Daaahh” Rama menutup ponselnya dan kembali melanjutkan mengisi blog pribadinya,sedangkan Gita terpaku sampai lupa untuk mematikan ponselnya.Ia lalu tersadar dan mulai membuka lemari untuk memilih baju yang akan ia pakai besok.


Sore ini sinar matahari sangat terik,kali ini Rama tidak menggunakan vespanya,ia menggunakan jasa sebuah taxi untuk mengantarkannya ke tempat yang ia tuju.Setelah berjalan sekitar satu jam ia akhirnya sampai juga di Tanah Lot,sebuah tempat rekreasi yang terkenal dengan pemandangan sunsetnya.Suasana ditempat itu sangatlah ramai,para turis asing maupun local berbondong bondong untuk naik ke atas karang yang sangat tinggi untuk melihat matahari yang akan tenggelam dengan indahnya.Ia lalu membuka ponselnya,melihat sebuah pesan dari Gita yang berisi alamat tempat mereka janjian untuk bertemu.Dan akhirnya ia sampai di sebuah toko yang menjual barang barang khas Bali.

“Rama” Seorang gadis cantik berpakaian sedikit sexy memanggilnya.Ia adalah Gita yang sudah lebih dari satu jam menunggu Rama di tempat itu.

“Hi…” Sapa Rama

“Kamu ganteng sekali hari ini” Puji Gita dengan senyuman manisnya

“Lo juga cantik.” Rama tidak mau kalah untuk memuji Gita.kali ini sama sekali tidak terlihat wajah sok kaku yang selalu diberikan Rama kepada para wanita.

Gita tersipu malu dengan pujian itu ia lalu mengajak Rama untuk menuju ke atas karang seperti yang dilakukan para wisatawan yang datang kesana setelah mengambil sebuah kantong plastik dari meja kasir.Mereka berdua lalu berjalan kaki menuju tempat itu.
Akhirnya mereka sampai diatas sebuah karang yang sangat besar,dibawah mereka terlihat lautan luas yang mengirimkan ombaknya untuk menghantam karang.Suara ombak itu terdengar keras ditelinga mereka sehingga mengharuskan mereka berbicara dengan nada suara yang agak tinggi.

“Setengah jam lagi kamu bakalan ngelihat sebuah keindahan sunset yang membuat Tanah Lot selalu dikunjungi oleh para wisatawan.” Gita merapikan rambutnya yang berantakan karena hembusan angin yang sangat kencang.

“Lo kayaknya sering kesini ya Git,sampe hafal kapan waktu sunset turun? “ Tanya Rama,ia membetulkan kacamata hitamnya dan terus memandangi keindahan alam yang ada di depannya.

“Sejak kecil hampir setiap kesedihan datang saya selalu kesini.Karena tempat ini selalu memberikan suatu penyegaran bagi Saya.” Jawab Gita ,matanya terus menerus memandangi wajah Rama.

“Oh ya…sendirian? “ Tanya Rama penasaran mendengar pengakuan Gita.

“Iya,kenapa,kamu kaget ya mendengar kalo saya juga sebenarnya hobi menyendiri” Tanya Gita

“Iya…gw pikir lo type orang yang suka ngabisin waktu lo sama orang-orang banyak,dan gw sama sekali ga pernah tau kalo lo ternyata juga suka menyendiri.” Rama tetap memandang lautan didepannya,hanya sesekali saja ia mengarahkan wajahnya kepada Gita.

“Kamu salah,saya tidak pernah merasa nyaman dengan keramaian,dan walaupun tempat ini ramai akan pengunjung akan tetapi keindahannya membuat suasana menjadi sangat sunyi dan tenang.” Kali ini Gita merubah pandangannya kearah langit luas yang sudah mulai berubah warna karena sebentar lagi matahari akan tenggelam dan segera menarik semua sinarnya yang sudah hampir seharian menyinari bumi.

Rama hanya menanggapi penjelasan Gita dengan sebuah senyuman.Matahari perlahan turun dan mengeluarkan sebuah fenomena alam yang disebut sunset.Sebuah pemandangan yang sangat indah,para pengunjung sibuk untuk mengabadikan moment itu dengan para kerabatnya masing masing.

“Git,sunset…” Rama menunjuk kearah matahari yang perlahan pergi untuk segera berotasi.

“Ram,saya sayang kamu,saya cinta kamu.Dan saya sangat berharap kamu merasakan hal sama dan mau untuk menjadi pacar saya.” Tiba tiba Gita mengutarakan perasaannya yang sudah dua bulan ia pendam kepada Rama.

Rama terlihat santai mendengar ucapan Gita,tampaknya ia sudah mempersiapkan segala sesuatunya jika hal ini terjadi.Ia menatap Gita penuh arti,kembali menebarkan senyumannya dan memegang erat tangan Gita.

“Seumur hidup,baru sekarang gw bisa sedeket ini sama cewe,bisa ngobrol banyak,berbagi cerita,dan menghabiskan waktu bersama.Jujur ga ada cewe yang bisa bertahan dengan sifat sifat gw,mereka selalu bilang gw itu aneh,nyebelin,ga asik,ga perhatian,dan lain sebagainya.Tapi lo bikin gw yakin kalo ga semua cewe punya pikiran kayak gitu sama gw,lo sabar, selalu bisa mengerti gw,dan ga pernah terlihat merasa menyesal untuk karena udah mengenal gw.Lo baik,pinter,ga munafik seperti cewe pada umumnya,dan gw sangat menghargai itu semua.Tapi maaf Git,gw belum siap untuk jatuh cinta.Cinta menurut gw punya arti yang sangat besar dan bukan sebuah ucapan yang mudah untuk diutarakan.” Rama menghentikan ucapannya yang sangat serius itu,ia tetap memandang wajah Gita yang mulai sedikit tertunduk.

“Tapi saya tulus dan beneran cinta sama kamu Ram,saya janji akan ngasih semua perhatian saya buat kamu,dan tidak akan menyia-nyiakan kamu.” Gita tidak begitu saja menerima keputusan yang baru saja diucapkan Rama.

“Gw yakin lo setia,baik,penyayang,dan satu lagi Git,gw suka wanita sederhana kayak lo.Tapi sekali lagi gw minta maaf Git,mempunyai hubungan khusus dengan seorang wanita sama sekali belum ada di pikiran gw,bagi gw itu sakral dan gw ga mau main main dengan satu itu.Gw masih mau ngejar cita cita gw dulu Git,setelah itu baru gw rela untuk mencintai seseorang.” Bahasa Rama membuat Gita tak mapu lagi untuk mengeluarkan kata-kata,ia terdiam,menunduk,dan pada akhirnya klise…airmatanya mulai menggenangi bola matanya lalu perlahan menetes di pipinya.Tangan mereka tetap berpegangan,semakin lama semakit erat.

“Git,gw balik duluan ya,ga bagus juga gw lama lama disini,nanti gw jadi ikutan cengeng kayak lo.” Rama pamit untuk pergi meninggalkan Gita.

Gita hanya mengangguk di dalam tundukannya,air matanya masih terus bercucuran,dan dengan berat hati ia melepas tangannya dari genggaman Rama.Ia memberikan sebuah plastik yang berisi sebuah barang kepada Rama.Dan ia terus menunduk sampai Rama sudah tidak terlihat.Langit sudah semakin gelap,cahaya sunset tadi mengisyaratkan keindahan perasaan cinta Gita kepada Rama.

Didalam perjalanannya Rama menerima sebuah pesan yang bertuliskan “ Bang,kamu kan belum packing”.Rama langsung membalas pesan itu dan meminta supir taxi untuk menambah kecepatannya.

Sesampainya di rumah Rama langsung buru buru membereskan sisa barang barang pribadinya yang akan ia bawa sendiri tidak menggunakan jalur kargo seperti barang barangnya yang lain.Besok,tepatnya pukul tujuh pagi mereka harus berada di bandara Ngurah Rai,karena sudah saatnya Ayah dipindahkan ke suatu kota yang lain oleh kantornya.Dan kepindahan ini bukanlah hal yang baru bagi mereka.

****



Rama sedang asik membaca komik detective conan seri terbaru,wajahnya terlihat santai,terkadang ia juga tertawa kecil,mengikuti alur cerita yang sedang ia baca.Sedangkan Fynta sibuk bolak balik di depan Ayah dan Bunda sambil melihat jam tangannya.Jika tidak ada kendala apa apa setengah jam lagi pesawat mereka terbang menuju Bandung kota tujuan mereka berikutnya.Muka Fynta terlihat panik,seperti menunggu sesuatu,tetapi panggilan petugas bandara yang mempersilahkan para penumpang untuk segera masuk pesawat membuatnya seakan menyerah dengan apa yang sedang ada di pikirannya.Mereka semua lalu masuk ke dalam sebuah ruangan untuk menunggu bis jemputan yang akan membawa mereka ke tangga pesawat datang.Rama jalan paling belakang,matanya masih terus melihat komiknya,setelah sadar sudah berada di depan pintu masuk ruangan itu,ia memasukkan komiknya ke dalam tas dan tanpa sengaja ia melihat Gita yang berdiri cukup jauh darinya.Ia menatap Rama tajam,lalu memberikan sebuah senyuman indah kepada Rama.Rama membalas senyuman itu dan berusaha memalingkan wajahnya dan akhirnya ia hilang dari pandangan Gita.Pada saat itu juga,Gita tidak berhasil menahan air matanya dan kembali membasahi pipinya lagi.Berkat Rama Gita kembali mendapatkan semangat hidupnya yang sudah lama hilang,dan kini ia berjuang untuk melawan penyakitnya.

Kursi Fynta berada disamping jendela dan Rama disampingnya,sedangkan Ayah dan Bunda duduk agak jauh dari kursi mereka.

“Fyn,gw dipojok dong.” Rama meletakkan tasnya di sek atas.

“Nggak mau,dari dulu aku ngalah terus sama Abang kalo dapet tempat di pojok.” Fynta menolak permintaan Rama.

“Lo kan ade gw yang paling nurut Fyn,jangan rusak reputasi lo dong di depan gw.” Rama duduk dan tetap berusaha untuk merayu Fynta dengan berbagai macam alesan.

“Ada syaratnya…” Tantang Fynta,ia lalu membuika majalah dan pura pura membacanya.

“Ya ampun nie anak,kok jadi kayak gitu sih lo,pake syarat syarat segala.” Omel Rama

“Terserah,mau apa nggak,gampang kok syaratnya.” Mata Fynta terus melihat kearah majalah,sesekali ia juga membalik majalah itu.

“Apa? “ Tanya Rama

Fynta menutup majalahnya,ia menatap Rama seakan ingin membicarakan suatu hal yang serius.

“Sampe sekarang aku sama sekali ga ngerti sama perubahan Bang Rama? “ Fynta memegang dagunya.

“Maksud lo? “ Rama merasa penasaran.

“Ga ada ceritanya Muhammad Ramadhan,Abang gw yang gw kenal sejak lahir bisa jatuh cinta sama seorang gadis yang baru dikenalnya selama dua bulan.” Fynta menggaruk garuk kepalanya seperti sedang mencoba untuk berpikir.

“Sok tau,emang siapa yang jatuh cinta.” Rama mengelak dari tuduhan Fynta.

“Eitss….sikap Bang Rama sama Gita belakangan ini ngebuktiin kalo Abang jatuh cinta sama dia.” Fynta melanjutkan pancingannya,dan semua ini sudah diaturnya untuk mengorek sebuah hal yang sudah ditutupi Rama terhadapnya.

“Emang gw bego bisa kepancing sama pertanyaan pertanyaan ga mutu lo itu.” Fynta langsung lemas dan putus asa karena Rama menyadari akal bulusnya itu.

“Ga kepengen nyeritain semuanya sama aku,selain bisa dapetin kursi ini,aku janji bakalan kasih bonus topi pancing setelah kita nyampe di Jogja nanti.” Fymta menepuk kursi yang sedang ia duduki.

“Gw rasa kamar yang bakal gw tempatin di Jogja nanti ga cukup gede buat nampung topi pancing yang lo mau janjiin itu,jadi dengan sangat berat hati gw lebih milih diem,dan pasrah untuk duduk disini.” Rama tersenyum kearah Fynta,ia lalu memasang earphone Ipod ditelinga.Dan memejamkan matanya.

Fynta melepas earphone yang baru saja dipakai Rama

“ Bang,tega banget sih,aku yakin pasti ada yang disembunyiin.Cerita dong bang,mau apa ade tersayang mu ini mati penasaran” Rayu Fynta

“Asal ga gangguin gw gpp.” Jawab rama padat sambil memakai earphone itu lagi,tapi ditahan Fynta.

“Bang,sama siapa lagi Abang bisa curhat selain sama aku.” Fynta memberikan senyuman sok asiknya,sambil memegangi tangan Rama agar tidak berusaha memakai earphone itu kembali.

“Gw masih punya beratus ratus halaman di blog pribadi gw yang bisa gw isi sama curhatan curhatan gw kapanpun gw mau” Rama melotot kearah Fynta yang terus menerus memaksanya.

Fynta memalingkan wajahnya,dan mengambil majalah yang tadi sempat ia baca.Ia membiarkan Rama untuk memasang kembali earphonenya.Dan percakapan mereka pun usai.

“Sekitar satu minggu yang lalu Bunda telepon gw,dia bilang dia ada perlu sama gw dan mengharuskan gw untuk datang ke rumah sakit,tempat dia menjenguk anak salah seorang kerabat Ayah.” Fynta perlahan mengarahkan tubuhnya kearah Rama,ia menaruh kembali majalahnya dan bersiap untuk menjadi pendengar yang baik.

“Terus terang gw ngerasa aneh sama telepon Bunda,gw ngerasa ada suatu hal penting yang sedang dihadapi Bunda,dan gw sangat siap untuk membantunya.Gw langsung membelokkan vespa gw kearah rumah sakit,padahal awalnya gw berniat mau membeli kopi kaleng di minimarket terdekat.” Rama membuka earphonenya,dan kembali melanjutkan penjelasannya.

Flashback

“Ada apa Bunda? “ Rama berusaha menahan rasa paniknya yang ia rasakan sejak Bunda meneleponnya tadi.

“Bunda sangat mengerti kamu,bahkan lebih dari semua orang yang mengenalmu.Betul begitu? “ Bunda mengajak Rama untuk duduk di kursi tunggu yang terletak di depan apotik rumah sakit tersebut.

“Iya Bunda,ada apa sih Bunda,jangan bikin aku penasaran dong.” Rama semakin penasaran dan memaksa Bunda untuk langsung masuk pada inti permasalahan.

“Kamu pasti kenal dengan gadis cantik yang bernama Gita? “ Pertanyaan Bunda membuat mata Rama terbelalak.

“Bunda tau dari mana ? “ Rama kembali bertanya.

“Gadis itu berada sekarang sedang berada di dalam ruang inap rumah sakit ini.” Rama mulai mengerti dari mana Bunda mengenal Gita.

“Terus,apa hubungannya aku sama dia nda? “ Rama masih tidak mengerti dengan maksud bunda memanggilnya kesini dan apa hubungannya dengan Gita.

“Setau Bunda kamu ga pernah deket sama cewe selain dengan Bunda dan adikmu Fynta.” Bunda tetap mengulur pembicaraan dan membuat Rama semakin penasaran.

“Emang…terus kenapa Nda? “ Rama kembali memberikan pertanyaan.

“Bunda yakin kamu sangat spesial dimata Gita.” Ucapan Bunda barusan membuat Rama semakin bingung,ia lalu diam dan berharap Bunda meneruskan maksud pembicaraannya sampai ia mengerti dengan ini semua.

“Dia sakit parah,dan sampai saat ini belum ada dokter dan obat yang bisa menyembuhkannya dengan total.Sudah lama sekali bunda mendengar tentang penyakit Gita bahkan sebelum bertemu dengannya.Ayah Gita adalah sahabat akrab Ayahmu ketika kuliah dulu,mereka berdua selalu saling membantu untuk mendapatkan yang mereka mau.Dan sampai saat ini hubungan itu sangat berjalan dengan baik.Dia pernah datang bersama istrinya kerumah beberapa hari setelah kita tinggal di Bali.Waktu itu kamu dan Fynta sedang sekolah sehingga kami tidak sempat mengenalkannya.Pada intinya Bunda dan Ayah sangat kasihan kepada Gita,dan berniat memberikan bantuan apapun demi kesembuhan Gita,setidaknya dapat memberikan sebuah hal yang dapat membuat anak gadis teman seperjuangan Ayahmu itu merasa berguna dan bersemangat untuk tetap menjalankan hidup dan berusaha bertahan dari penyakit yang sewaktu waktu dapat membunuhnya.” Bunda mulai menjelaskan maksud dan tujuannya menelepon Rama

“Terus? ” Ucap Rama singkat,ia mulai merasakan suatu hal yang ganjil.

“Ga tau kenapa,naluri bunda sebagai wanita mengatakan jika kamu bisa mewujudkan semua harapan kita semua,Bunda,Ayah,dan tentunya kedua orangtua Gita untuk dapat membuat Gita merasa seperti anak anak remaja pada umumnya,yang selalu ceria,bahagia,dan bersemangat.


Rama merasa dirinya sedang menjadi korban pada saat ini,baginya Bunda terlalu berlebihan untuk memintanya berbuat seperti itu.

“Maksud Bunda…..? “ Rama menahan ucapannya karena Bunda melanjutkan tiba tiba melanjutkan penjelasannya.


“Bunda Mohon,untuk kali ini saja kamu bersedia sedikit membohongi diri kamu untuk berperan layaknya seorang pemuda sejati yang datang untung menyenangkan hati pujaan hatinya.Dan orang yang dijadikan pujaan hatimu itu adalah Gita.” Dengan sangat terpaksa Bunda memohon kepada Rama.

“Tapi gimana caranya Nda? “ Rama mulai sedikit luluh dengan ucapan ucapan Bunda.

“Tadi,ketika kami sampai,ia langsung berpelukan dengan Fynta,Bunda sempat kaget dengan perkenalan mereka,apalagi setelah Fynta memberitahu Bunda jika Gita adalah temanmu.Setahu Bunda ia mempunyai sifat yang hampir sama sepertimu,ia tidak mudah dekat dengan orang yang baru ia kenal,apalagi seorang pria.Dan hampir semua hal mengenai Gita sudah diceritakan orangtuanya kepada Ayah dan Bunda.Awalnya Bunda tidak terlalu berpikir untuk melibatkanmu di dalam rencana kami,akan tetapi semua ini tiba tiba terencana ketika Bunda mendengar kalimat pertama yang diucapkan Gita,yaitu menanyakan keberadaanmu.Bunda yakin kamu sangat mengerti dengan maksud Bunda,dan mau untuk membantu rencana ini.” Kebaikan orangtua Gita membuat Ayah dan Bunda tidak bisa tinggal diam dengan penyakit yang sedang diderita Gadis malang itu.

“Tapi Bunda….” Rama kembali menahan ucapannya karena dipotong oleh Bunda

“Untuk kesekian kalinya Bunda mau bilang kalo Bunda sangat mengerti kamu,Bunda tau jika kamu tidak akan mudah untuk melakukan ini semua,tapi ini hanya sebuah rekayasa yang biasa dilakukan di film film ataupun sinetron.Kamu hanya berperan Ram,dan Bunda tidak memaksa kamu untuk merubah hatimu.” Bunda memegang kedua tangan Rama,ia yakin jika Rama akan menuruti permintaan tolongnya.

“Tapi Bunda,Aku takut Gita malah terlalu berharap sama aku,dan semakin membuat keadaan semakin rumit.” Ujar Rama

“Bunda yakin kamu cukup cerdas untuk membuat semuanya menjadi lebih baik,dan Bunda juga yakin jika kamu dapat membuat Gita akan lebih membuka matanya terhadap hidup yang harus tetap ia jalani.
Bunda lalu meninggalkan Rama dalam posisi yang sangat sulit,ia terdiam tanpa kata,sebenarnya permintaan Bunda ini bukanlah suatu hal yang menyenangkan baginya.Ia tetap terdiam dan mulai berpikir.Ia lalu berdiri dan melangkah dengan sebuah harapan.


Mata Fynta tak berkedip menatap wajah Rama,ia tidak menyangka dengan ini semua,apalagi dengan peran Bunda sebagai dalang dari sandiwara ini.

“Dengan awal yang sangat terpaksa,gw berusaha untuk menjadi orang terdekatnya,yang selalu memberikan motivasi dan semangat dalam dirinya untuk menghadapi hidup.Dan semuanya berjalan seperti yang lo tau,dan jujur semua yang gw lakuin ini bukan semata mata cuma untuk berusaha mewujudkan keinginan Ayah dan Bunda,akan tetapi sebuah rencana yang belum bisa gw certain sama lo.” Rama mengakhiri ceritanya.

“Tapi kan Bang,perbuatan Bang Rama itu malah bikin dia semakin sedih,Bang Rama udah ngasih dia harapan yang besar, dan menurut aku lebih baik Abang jauhin dia dari awal,daripada ngikutin kemauan Bunda yang pada akhirnya tetep aja bikin Gita sedih.” Fynta mengkritik hal sudah dilakukan Rama.

“Gita ga seperti cewe cewe lain,dia cukup cerdas untuk memahami ini semua,dan gw yakin peristiwa ini akan membuat hidupnya akan lebih baik.” Rama menepis pemikiran Fynta

“ Aneh…bikin orang sedih kok malah kekeh ngerasa sebagai pahlawan.” Fynta tetap tidak setuju dengan semua ini.

Rama tersenyum,seakan menyindir pemikiran Fynta yang amat sempit.Ia merangkul adiknya itu dan membisikkan sesuatu.

“Setidaknya ia akan merubah semua pemikirannya akan hidup,ia akan merasa jika tidak semua yang ia mau dapat dimilikinya,menerima dengan ikhlas penyakit yang diberikan Tuhan kepadanya dengan tetap bersemangat untuk menjalani hidup dan selalu berusaha untuk tetap bertahan hidup.” Rama kembali memakai earphonenya dan memejamkan matanya,berharap perjalanan ini tidak terasa dan cepat sampai di kota tujuan mereka yang baru,Bandung.

Sedangkan Fynta hanya menggelengkan kepalanya,dan tetap merasa jika Rama sudah melakukan hal yang salah,walaupun itu semua adalah rencana Bundanya.Ia mencolek Rama dan mempersilahkan Rama untuk duduk dikursinya karena ia merasa harus menepati janjinya.

****




Bandung 2006



Suasana dingin Bandung yang biasa disebut kota kembang membuat Rama tidak berniat untuk melepaskan flanelnya.Sebuah mobil mengantar mereka kesebuah rumah berlantai dua dengan bangunan minimalis dan barang barang minimalis di dalamnya,mereka semua lalu memasuki kamar masing masing dan mulai membereskan barang barang pribadi mereka.
Rama mulai menata kembali ruangan barunya itu,ia membongkar barang barang yang ia bawa dan juga beberapa barang yang dikirim melalui jasa kargo.Setelah menata kamarnya dengan sangat rapih,ia lalu berniatan untuk kembali bergelut dengan laptopnya
Ketika sedang asik berkutat dengan laptopnya,ia teringat suatu hal,ia lalu bergegas keluar kamar dan mencari sesuatu di dalam celah celah vespanya yang masih terbungkus rapih dengan karton yang ikut dikirim melalui jalur darat dengan menggunakan jasa kargo.Ia lalu menemukan sebuah bungkusan berwarna hitam yang isinya adalah beberapa paket ganja dalam ukuran cukup besar dan juga belasan butir obat penenang yang biasa ia pakai.Bungkusan itu dibawanya kedalam kamar dan ia mulai berkarya untuk merubah segumpalan daun itu menjadi beberapa lintingan dan mengisapnya.tak lama kemudiam fynta mengetuk kamarnya,dan masuk dengan membawa segelas kopi hitam.Ia menutup hidungnya dan bergegas keluar dari kamar itu.Suasana di dalam kamrnya tidak jauh berbeda dengan kamar kamarnya sebelumnya,hanya terdapat perbedaan beberapa furniture seperti lemari,tempat tidur,dan meja belajar,ditambah satu lagi barang pribadinya yang ia dapat dari Gita,yaitu sebuah pajangan hasil karya seniman Bali yang berbentuk sepasang manusia yang sedang bergenggaman tangan dengan pakaian adat kota tersebut.Ia tersenyum melihat barang barunya itu,sejenak pikirannya kembali pada hal yang baru saja terjadi kemarin dan akhirnya ia teringat dengan sebuah aktivitasnya yang sudah berminggu minggu tidak ia lakukan,sebuah permainan balapan mobil online,dimana ia dapat saling chating dengan para pemilik ID di permainan itu melalui dunia maya.
Ia mulai membuka aplikasi permainan itu dan mulai memasukkan Id nya sebagai syarat untuk memulai permainan.Tidak banyak yang dapat dilakukannya selain bermain untuk memenangkan sebuah ajang balap mobil,akan tetapi ia mempunyai seorang kenalan yang biasa bermain satu tim dengannya didalam game tersebut. Sampai saat ini baik Rama maupun teman dunia mayanya itu belum memberikan nama asli mereka masing masing,dan hanya nama Id merekalah yang dipakai untuk saling bertegur sapa.Mereka juga tidak pernah menceritakan kehidupan mereka,hubungan mereka hanya sebatas teman dalam sebuah permainan itu.

Kucing Anggora : “Hi…kok baru main sih? “ Tiba tiba seseorang menegurnya melalui permainan itu,ia adalah kenalan Rama dengan memakai nama kucing angora sebagai ID nya.

Anaktangga : “Iya,kemarin kemarin sibuk sekolah.” Jawab Rama dengan alas an palsu.

Kucing Anggora : “Oh…main yuk,udah lama nie ga tempur bareng lo”

Anaktangga : “Boleh,mau main tim atau solo? “

Kucing Anggora : “Gw mau nantangin lo duel,kita by 1,gimana? “

Anaktangga : “Siapa takut.” Mereka berdua lalu memulai permainan.

Balapan dimulai,berbagai rintangan berusaha meleka lewati,bermacam macam cara dilakukan untuk menambah kecepatan mereka,dari mulai memakai NOS,sampai saling menjebak dengan sebuah pisang,ataupun roket,petir dan senjata lain yang disediakan oleh server permainan tersebut sebagai alat untuk saling mendahului dan tentunya juga sebagai inventori untuk menambah kenikmatan dalam bermain.Dan Rama memenangkan permainan itu.Mereka lalu mengulangi lagi,dan tetap dimenangi Rama dalam lima pertandingan berturut turut.

Kucing Anggora : “Wah..lo makin jago aja.padahal udah lama ga main” Si Kucing Anggora mengakui kehebatan Rama.

Anaktangga : “Hahahaha…..” Rama terlihat puas karena ternyata ia masih menguasai permainan itu.

Kucing Anggora : “Teman,boleh tau ga nama asli lo siapa? “ Orang itu menanyakan nama asli Rama yang belum ia ketahui,padahal sudah berbulan bulan berkenalan dan menjadi rekan dalam setiap pertandingan.

Anaktangga : “Muhammad.” Jawab Rama,entah kenapa ia enggan memberikan nama yang biasa ia pakai dalam kehidupan sehari harinya.

Kucing Anggora : “Kayak nama Nabi,nama gw Dzaki.” Orang itu menyebutkan namanya.

Mereka lalu kembali melanjutkan permainan,kali ini mereka masuk ke dalam permainan tim,dan mengalahkan lawan lawan mereka dengan kemenangan yanga sangat telak.Sejak saat ini Rama mulai sering memainkan permainan itu kembali.Walaupun tidak saling mengenal dekat,ia dan Dzaki tetap menjadi teman satu tim.

****



Tepat dihari ketiga mereka di Bandung,semua aktivitas sudah berjalan seperti biasanya,Ayah sudah mulai masuk kantor,Rama dan Fynta juga sudah menginjakkan kaki disekolah baru mereka,dan Bunda tetap dengan pekerjaan rumah dan tanaman tanaman barunya.Rama melewati hari hari seperti biasanya,menonton film,menulis blog pribasi,bermain games online,dan tidak ketinggalan juga menikmati sisa ganja dan beberapa butir dumolic,obat yang selalu ia konsumsi jika dirinya sedang mengalami kepenatan.
Kali ini Rama berniat untuk menonton bioskop sendirian,permohonan Fynta untuk ikut tidak digubrisnya,ia akhirnya pergi ke sebuah bioskop terbesar di kota kembang tersebut dengan menggunakan kendaraan tercintanya.
Setelah beberapa menit mengantri ia akhirnya mendapatkan tiket sebuah film yang ingin ditontonya.Ia akhirnya masuk ke dalam teater setelah bagian informasi bioskop tersebut mempersilahkan para penonton untuk segera masuk karena pertunjukan akan segera dimulai.Tidak lupa segelas kopi hitam ikut menemaninya menikmati sebuah film karya seniman Indonesia tersebut.Ia menikmati tontonannya itu,dan ia semakin bersemangat untuk menggapai cita citanya menjadi seorang sutradara film,yang karyanya akan dipertontonkan kepada masyarakat luas,baik dalam maupun luar negri.
Setelah dua jam berada di dalam ruanagan itu ia akhirnya berniat untuk segera pulang kerumahnya.

Rama dan vespanya melintasi jalanan kota Bandung yang belum pernah ia lewati sebelumnya.bahkan ia juga tidak tau apakah ia sedang tersasar atau tidak,ia hanya berjalan mengikuti arah yang ia mau,dan tiba tiba ia melihat sebuah plang sebuah studio tattoo dan pierching yang design logonya pernah ia lihat di sebuah situs internet.Timbul rasa penasaran dirinya akan tempat itu,ia lalu membelokkan vespanya kea rah panah yang tertera di bawah plang tersebut.Ia melewati gang demi gang,lalu melintas melewati kali kecil,jembatan,dan akhirnya ia sampai kesebuah tempat dengan bentuk bangunan yang menarik.Setelah memarkirkan vespanya ia lalu masuk kedalam studio itu,di dalm ia disapa oleh seorang wanita cantik,putih dan bertubuh seksi.Ia adalah pegawai yang bekerja sebagi kasir di studio tersebut.

“Silahkan lihat lihat aja dulu a’ ” Ucap si gadis itu dengan lembutnya.

“Terima kasih.” Rama memperhatikan gambar gambar yang dipajang di dinding,ia juga mengambil beberapa majalah yang berisikan contoh contoh tattoo dan juga pierching,dengan sangat antusias ia melihat gambar gambar itu.

“Mau bikin tattoo apa pierching a’? “ Tanya si gadis itu lagi

“Eh..Cuma liat liat aja kok,boleh kan? “ Rama sedikit gugup.

“Hilda..” Gadis itu memberikan tangannya sebagai tanda mengajak berkenalan.

“Rama.” Balas Rama dengan sebuah senyuman kecil.

“Udah pernah bikin tattoo? “

“Belum”

“Tinggal di Bandung” Tanya Gadis itu yang bernama Hilda itu.

“Iya,baru pindah.” Jawab Rama.

“Dari Jakarta ya? “ Pertanyaan pertanyaan Hilda membuat konsentrasi Rama untuk melihat majalah majalah itu menjadi terganggu.

“Nggak,dari Bali.” Jawab Rama singkat.

“Tapi kok ga kayak orang Bali.” Hilda tersenyum heran.

“Aslinya dari Jakarta,tapi kebetulan kemarin tinggal beberapa bulan di Bali.”Rama menutup majalahnya.

“Oh…disana bukannya banyak studio tattoo yang bagus bagus,kenapa ga bikin ? “ Hilda duduk disebelahnya.

“Belum berani.” Jawab Rama polos.

“Masa cowo takut sih bikin tattoo,ga sakit tau,aku aja uang cewe berani.” Hilda Nampak mulai menghasut Rama untuk membuat tattoo sambil memperlihatkan sebuah tattoo bergambar bunga di area dadanya.

Rama hanya menjawab dengan senyuman,ia lalu menjawab pertanyaan pertanyaan yang terus menerus mengarah kepadanya.Sifat Hilda yang sangat bersahabat membuat mereka bedua terkihat seakan akan sudah berkenalan lama.Rama sempat merasa risih dengan sikap Hilda,akan tetapi itu semua ditepisnya dengan alas an ingin mengetahui banyak informasi mengenai pembuatan tattoo yang sudah sangat lama ia idam idamkan.Selama ini ia hanya menyukai salah satu seni menghias tubuh tersebut,tetapi belum berani untuk membuatnya karena merasa belum siap untuk memberikan hiasan seumur hidup itu hinggap di tubuhnya.


Fynta sedang duduk di bangku teras rumahnya,sekadar menikmati udara bandung yang sangat segar.Ia menghirup nafas dalam dalam,lalu membuangnya.Tidak jauh darinya ada Bunda yang sedang sibuk dengan tanaman tanamannya.

“Kamu nungguin apa Fyn? “ Tanya Bunda sambil menyemprotkan air ke sebuah pot yang ada di depannya.

“Nunggu bang Rama,mau ngomel,tadi aku ditinggali nonton.” Gerutu Fynta.

“Kok bisa,emangnya kamu ga bilang kalo mau ikut? “ Bunda menyemprot pot pot yang lainnya.

“Bilang Bunda,emang sih dia bilang lagi mau sendiri,tapi masa ga mau sih ngajak adiknya sendiri.” Fynta terlihat seperti sedang mengadu kepada Bundanya.

“Oalah..udah tau sifat abangmu kayak gitu,masih aja ga ngerti ngerti.” Bunda tertawa kecil mendengar aduan dari Fynta.

“Tapi aku kan juga mau nonton.”

“Udah ah,ga usah kayak anak kecil gitu,kamu kan bisa ngajak temen temen sekolahmu.” Saran Bunda.

“Maunya sama Abang,temen temenku ga ada yang ngerti film,kalo nonton sama Bang Rama aku bisa makin ngerti sama film yang aku tonton.” Wajah Fynta semakin memelas.

“Udah sana mandi,sebentar lagi maghrib.” Bunda membereskan alat alat berkebunnya lalu masuk kedalam rumah.

“Iya,sebentar lagi.” Tak lama kemudian Rama pulang,ia bingung dengan apa yang dilakukan adiknya di kursi teras,sendirian,dengan muka ditekuk seperti abis kalah judi.

“Kenapa lo? ” Rama duduk disamping Fynta.

“Jahat.” Fynta menepuk pundak Rama.

“Auw…” Rama mencoba menghindar dari pukulan Fynta yang kedua.

“Lebay,,dipukul gitu aja kesakitannya kayak dipukul pake kayu.” Fynta kembali memukul Rama,tetapi Rama menghindar.

“Lo kenapa sih? “ Rama membakar rokoknya.

“Abang jahat,ninggalin aku.” Rengek Fynta.

“Lah..kan gw udah bilang kalo lagi mau nonton sendiri.” Elak Rama.

“Bohong..pasti sama cewe ya? “ Tebak Fynta asal.

“Sok tau,cewe dari mana,baru juga seminggu tinggal disini,masa udah dapet cewe aja.” Rama mencoba mengajak Fynta bercanda.

“Halah…mau 10 tahun juga tinggal disini Abang ga bakalan dapet cewe,siapa juga yang mau sama orang aneh kayak Bang Rama.” Suara Fynta sedikit meninggi ketika menyebut kata aneh.

“Masa??” Rama lalu meninggalkannya,dan masuk kedalam kamarnya.

Fynta semakin kesal dengan Rama,ia lalu berniat melakukan sebuah rencana untuk membalas sikap Rama tersebut.Ia masuk ke dalam rumah,dengan sebuah pemikiran picik di otaknya.Ia menghampiri Bunda dan berpura pura membantu pekerjaan Bunda.

“Nda,katanya Bang Rama mau ikut kerumah bos Ayah,siapa namanya Nda? “
Fynta memulai aksinya.

“Pak Suryo,tau dari mana kamu Rama mau ikut,tumben,setau Bunda dari dulu dia paling ga suka ikut ikutan acara keluatga,apalagi ikut berkunjung ketempat Pak Suryo yang sama sekali tidak ada hubungan saudara dengan kita.Emang udah kamu tanyain ke orangnya.” Bunda tidak percaya dengan informasi yang diberikan Fynta.

“Udah,barusan dia bilang mau ikut kesana,lagi pula kan dia harus ikut Nda,yang diundang Ayah dan keluarga,berarti kita sekeluarga harus ikut.Kalo dia ga ikut berarti Ayah tidak mengindahkan undangan makan malam tersebut.” Fynta terus menghasut Bunda.

“Kadang kadang kamu pinter juga ya,tapi kamu yakin dia mau.” Bunda tetap dengan kesibukannya menyiapkan makan malam karena sebentar lagi Ayah akan pulang.

“Yakin..kalo dia ngerubah pikirannya,Bunda harus ngomel.Ini kan demi nama baik Ayah Nda.” Fynta membantu Bunda menyiapkan makanan di piring piring yang sudah disiapkan Bunda.

“Yaudah nanti kita omongin pas makan malem baren sama Ayah.” Ucap Bunda sambil membawa beberapa piring dan mangkuk yang berisi makanan menuju meja makan.

Fynta tersenyum,walaupun sedikit membohongi Bunda,ia yakin jika rencananya untuk membuat pelajaran kepada Rama akan berhasil.Apalagi Rama bukan type anak yang suka melawan keputusan Ayahnya,dipikirannya tinggal satu langkah lagi,yaitu kembali menghasut Ayahnya untuk memaksa Rama ikut dengan mereka.
Azan maghrib berkumandang,suasana di dalam rumah Rama sangat sunyi,Bunda dan Fynta sedang menunaikan kewajibannya sebagai umat muslim,sedangkan Rama tetap asik dengan laptopnya,ia sering sekali meninggalkan ibadah yang juga merupakan kewajibannya.


Diatas meja makan sudah terseia berbagai macam makanan,hari ini Ayah pulang cepat karena sudah berjanji kepada Bunda untuk makan malam dirumah.Fynta yang sudah lebih dulu berada di meja makan bersama Ayah dan Bunda bergegas memanggil Rama yang masih mengurung diri di dalam kamarnya.Rama akhirnya keluar kamar setelah Fynta mengancam akan melaporkan ke Ayah jika ia malas malasan untuk makan malam bersama.Mereka lalu mulai menikmati masakan Bunda yang terkenal sangat lezat itu.

“Kamu beneran mau ikut Ram untuk datang ke undangan makan malam bos Ayah besok.” Ayah membuka pembicaraan.

Rama menghentikan mulutnya yang sedang asik mengunyah,ia meminum segelas air putih yang sudah disediakan Bunda.

“Hah,,Rama….”

“Inget loh Ram,kalo janji itu ga boleh diingkari.” Ucapan Bunda menghentikan suara Rama yang baru saja ingin menjelaskan jika ia baru tahu dengan kabar undangan itu saat ini.

“Pak Suryo itu orangnya baik banget loh,dia yang selalu nge backup Ayah ketika ada masalah masalah yang datang dikantor.” Lanjut Ayah.

“Iya Ram,yang diundang kan Ayah dan keluarga,kalo kamu sampe ga ikut,nanti Ayah bisa dibilang ga mengindahkan undangan tersebut,sedangkan Pak Suryo sudah tau jika Ayah mempunyai dua orang anak.Masa yang datang Cuma Fynta aja.” Bunda melanjutkan omongan Ayah.

“ Kan Ayah sama Bunda tau kalo Rama ga suka…”

“Iya,Ayah yakin kamu ga suka bikin keluarga kita merasa malu,tadi juga Fynta udah bilang sama Ayah dan Buna kalo kamu bersedia ikut besok malam.” Sekali lagi ucapan Rama terputus karena dipotong oleh ucapan Ayah.kali ini ia menatap Fynta,ia yakin jika ini semua adalah perbuatan Fynta,sedangkan Fynta seakan tidak mau ikut ikut campur dengan obrolan ini,ia tetap menikmati makanannya dan tidak sedikit pun menoleh kearah Rama.

Rama menjadi sedikit kesal,dari dulu Ayah dan Bunda selalu memahami sifat Rama yang tidak pernah mau ikut berkumpul,baik dengan keluar besar ataupun kerabat kerabat Ayah.Hanya pada saat Gita dirawat di rumah sakitlah ia mengalah dengan Bunda,dan ia berjanji kepada dirinya untuk tidak mau mengulangi hal seperti itu lagi.Ia lalu melanjutkan makannya walaupun nafsu makannya sudah sedikit berkurang karena hal tersebut.

“Jangan make baju seenak jidatmu ya nak,Pak Suryo itu orang terpandang,dan orang seperti dia selalu menilai orang dari mulai cara berpakaian.” Nafsu makan Rama semakin berkurang,sedang Fynta terlihat sedang menahan tawanya.

“Iya Ram,Ayahmu bener,nanti biar Bunda yang milihin baju buat kamu.” Ucapan Bunda menambah keinginan Fynta untuk tertawa,ia lalu tersedak dan buru buru meminum air putihnya.

“Kamu kenapa Fyn,makanya kalo makan ya jangan buru buru.” Omel Bunda.

“Maaf Bunda,ga sengaja.” Fynta melanjutkan makan tanpa sedikitpun menatap Rama yang baru saja merasa dibuat mengalah oleh dirinya.

Seusai menikmati makanan Bunda,Ayah dan Rama masuk kedalam kamar mereka masing masing,sedangkan Bunda membereskan piring piring kotor dibantu oleh Fynta.
Rama duduk diatas kasurnya,untuk kesekian kalinya ia terpaksa harus mengikuti kemauan orangtuanya yang sama sekali tidak membuatnya nyaman.Ia merebahkan badannya,lalu kembali duduk karena merasakan sakit di punggungnya.Ia tersadar,lalu berdiri menghadap cermin kecil yang tergantung di dinding kamarnya.Ia membuka bajunya dan tampak jelas ada sebuah gambar vespa di punggungnya.Ternyata hasutan Hilda berhasil,dan ia akhirnya membuat sebuah tattoo permanent ditubuhnya dengan kocek yang tidak sedikit.Harga gambar ditubuhnya itu hamper sebanding dengan uang jajannya selama satu bulan penuh.Dan ia rela menguras tabungannya,bukan untuk sekadar gaya gayaan,melainkan ada sebuah kepuasan yang ia rasakan dengan memiliki tattoo itu.Ia lalu membersihkan tattoo barunya.Tiba tiba Fynta masuk dengan membawa secangkir kopi panas,ia lalu buru buru memakai bajunya.

“Mau baik baikin gw lo ya? “ Celetuk Rama dengan kehadiran Fynta.

“Kok Abang punya pikiran kayak gitu sih,aturan mah seneng punya Ade yang perhatian kayak aku.” Fynta meletakkan kopi itu diatas meja belajar Rama.

“Terus punya rencana jahat apalagi lo ke gw? “ Tambah Rama dengan peasaan sedikit kesal.

“Hehehe….gitu aja marah,niatku kan baik Bang.” Fynta sama sekali tidak terlihat seperti abis berbuat salah.Ia lalu membuka lemari Rama.

“Tawa lagi,bukannya mikir.Eh apa apaan lo bongkar bongkar lemari gw.” Rama menahan Fynta.

“Aku disuruh Bunda buat milihin baju yang bakal dipake Abang besok malem.” Fynta meneruskan membongkar lemari Rama.

“Ga bisa ya kalo pake izin du,bilang dulu kek,atau permisi,masuk kamar aja lo dah selonongan kayak gini,terus bongkar lemari gw juga ga pake permisi,dimana sih sopan santun lo.” Rama mulai mengomel.

“Maaf,galak banget sih Bang,aku aja udah ngelupain masalah Abang yang ninggalin nonton tadi siang,masa Bang Rama masih dendam aja sih sama Aku.” Ujar Fynta lagi,kali ini wajahnya sedikit memelas.

Rama terlihat takluk dengan wajah Fynta,ia lalu membiarkan Adik yang paling ia sayang itu untuk membongkar lemarinya,memilihkan baju dan celana untuk ia pakai esok hari.Setelah rama sepakat dengan baju yang dipilihkannya,Fynta akhirnya keluar kamar Rama.
Rama mengunci pintunya,ia lalu mencoba pakaian yang baru saja dipilihkan Fynta,setelah sedikit berkaca ia akhirnya melepaskan baju dan celana yang sedang ia coba dan langsung merebahkan kembali tubuhnya diatas kasur,kali ini dengan posisi telungkup.Ia kembali bangun,meminum kopi buatan Fynta dan membuka laptopnya.
Memang sering kali Fynta membuatnya mengurut dada karena perbuatannya yang selalu melakukan hal yang bertolak belakang dengan kemauannya,akan tetapi baginya gadis kecil itu tetaplah seorang adik yang sangat ia sayangi.


Kali ini Bunda dan Fynta sedang berada di kamar Rama,sekadar memastikan jika Rama memakai pakaian yang sudah disepakati tadi malam.Sedangkan Rama terlihat seperti seorang anak kecil yang sedang memakai baju lebarannya.Sebenarnya pakaian pilihan Fynta itu sangat membuatnya terlihat tampan,rapih,dan berwibawa,akan tetapi ia tidak biasa memakai pakaian se formal ini,sebuah kemeja tangan panjang berwarna hitam dengan celana jeans panjang yang menjadi bawahannya.Bunda dan fynta pun terlihat menahan tawanya karena merasa berhasil membuat Rama terlihat sangat rapih pada mala mini.Panggilan Ayah membuat mereka bergegas keluar kamar dan segera masuk kedalam mobil,karena tepat pukul setengah delapan mereka harus sudah sampai di kediaman Pak Suryo.

Sebuah rumah yang sangat besar,dengan lahan parker yang dapat menampung belasan mobil didalamnya,merka lalu memarkirkan mobil dan segera masuk kedalam rumah dengan bangunan Eropa tersebut.
Kedatangan mereka disambut baik oleh Pak Suryo dan istrinya,mereka dipersilahkan duduk setelah Ayah memperkenalkan mereka kepada pak Suryo dan istrinya itu.Mereka lalu terlibat dalam sebuah perbincangan,yang menurut Rama adalah sebuah basa basi yang biasa dilakukan kebanyakan manusia.Rama hanya bisa menunduk,diam tanpa mengeluarkan kalimat apapun jika tidak ada pertanyaan yang ditujukan kepadanya.

“Mah,si April mana? “ Pak Suryo menanyakan keberadaan sesorang yang namanya baru saja disebutkan.

“Masih dandan kali Pah,namanya juga anak gadis,kalo dandan lamanya ga ketulungan.” Ucap Bu Suryo.

“Sama dengan si Fynta,kalo udah urusan dandan ga ada yang bisa nandingin.” Bunda merespon ucapan Bu Suryo tersebut.

“Wajarlah,kalo Rama yang kayak gitu baru ga wajar,ya Ram? “ Pak Suryo baru saja mengajaknya mengobrol,dan ia hanya bisa tersenyum kaku.

Tiba tiba seorang anak gadis yang berdandan sangat cantik turun dari tangga rumah itu,ia adalah April,anak gadis Pak Suryo.Menurut cerita Pak Suryo dan istrinya April adalah anak yang manja,cengeng,dan masih sedikit seperti anak kecil.Sekilas tampak seperti sifat Fynta,Bu Suryo juga mengatakan pergaulan April yang dapat dikatakan lumayan luas tidak mengubahnya sebagai sosok wanita yang mandiri,melainkan tetap tidak bisa lepas dari pelukan kedua orangtuanya.Tapi semua keinginannya selau dituruti kedua orangtuanya,karena selain mereka termasuk keluarga yang kaya raya,April juga merupakan anak semata wayang Pak Suryo dan istrinya.
Pak Suryo memperkenalkan April kepada keluarga Rama,dan April pun duduk diantara mereka.Sekilas gadis itu terlihat pendiam,tidak banyak kata yang ia keluarkan,akan tetapi semakin lama dan karena pancingan pancingan yang diberikan Fynta barulah terlihat jelas jika sifatnya memang benar benar tidak berbeda jauh dengan Fynta.Bahkan ketika makan malam dimulai,ia dan Fynta terus menerus membuat suasana menjadi ramai,para orangtua mereka sangat menikmati berbagai macam jenis obrolan yang dilakukan mereka berdua,dari mulai yang serius sampai yang dapat dikategorikan hanya candaan candaan yang selalu membuat mereka tertawa,sedangkan Rama hanya mengikuti semua ini dengan senyuman yang sedikit maksa dan jawaban jawaban yang sangat singkat dan padat.Ia sangat berharap agar acara ini dapat segera berakhir.Tapi nampaknya harapannya itu tidak akan terjadi,Pak Suryo dan Ayah terlihat semakin nyaman dengan perbincangan yang sudah mereka semua lakukan dari tadi.

“Bang Rama juga suka nulis diblog loh Pril.” Lagi lagi Fynta membuatnya terpaksa harus terlibat dalam pembicaraan mereka.

“Oh ya…” April menatap Rama dengan sedikit malu.

“Iya..Tanya aja sama orangnya kalo ga percaya.” Tambah Fynta.

April memandang Rama,sebenarnya dari awal ia ingin mengajak Rama mengobrol,akan tetapi sikap Rama yang sangat pendiam dan sedikit dingin membuatnya untuk mengurungkan niatnya.Dan pancingan Fynta kali ini membuatnya sedikit berani untuk menegur Rama.

“Kamu punya blog juga Ram? “ Tanya April.

“Punya.” Jawab Rama dengan sangat singkat,seperti jawaban jawaban ia yang sebelumnya.

“Kita bisa bagi bagi info dan pengalaman dong lewat blog.” April memaksa dirinya untuk terus mengajak Rama mengobrol.

“Maaf..blog gw udah dikunci,ga bisa diliat sama orang lain.” Dengan jujur Rama menerangkan kondisi blognya.Bunda melirik kearah Rama karena terganggu dengan jawaban Rama barusan.

“Oh…Maaf deh,aku ga tau,privasi ya…? “ April merasa telah melakukan pertanyaan bodoh.

“Iya,lagipula ga penting kok untuk diketahui orang,makanya gw lock.” Ucapan Rama kembali mengganggu Bunda,Fynta yang sadar jika Abangnya telah berbuat semaunya menjadi merasa berkewajiban untuk menutup pembicaraan yang sudah ia mulai tersebut.

“Abang aku kayak cw Pril,blognya cuma buat curhat doang,makanya dikunci sama dia,malu kali dia kalo curhatannya dibaca orang banyak.” Ucap Fynta.Para orangtua mereka lalu melanjutkan obrolan mereka sendiri,seakan tidak mau terlibat dengan obrolan anak anak muda itu.Hanya Bunda yang masih terlihat memperhatikan gerak gerik Rama.

“Aku ngerti kok Ram,itu kan wajar.” Senyuman April mengingatkan Rama kepada Gita,seorang gadis asli Bali yang pernah mencintainya.Memang jika dilihat dengan mata terbuka wajah mereka berdua sangatlah berneda,akan tetapi senyuman yang penuh dengan ketulusan itulah yang membuat mereka terlihat sama di mata hati Rama.

Rama hanya membalas kalimat terakhir April dengan sebuah senyuman.Tidak lama kemudian mereka sekeluarga akhirnya izin pamit kepada keluarga Pak Suryo untuk segera pulang kerumah karena hari sudah semakin larut,dan mereka harus mempersiapkan segala sesuatu untuk menjalani aktivitas keesokan harinya.
Didalam mobil Bunda mengingatkan Rama untuk tidak mengulangi sifatnya seperti yang sudah ia lakukan di depan April tadi.

“Emang kenapa sih Nda,aku kan Cuma berusaha jujur.Apa karena dia anak bos Ayah makanya aku harus membongi diri dengan bahasa bahasa halus.” Rama menjawab omelan Bunda.

“Bukan begitu sayang,Bunda dan Ayah juga ga pernah ngajari kamu untuk bermuka dua,tapi setidaknya kamu bisa mengubah bentuk kalimat yang ingin kamu keluarkan,bukan hanya didepan April,melainkan di depan semua orang.Kita ini ga hidup sendiri di dunia Ram,banyak orang lain yang berada di sekitar kita,dan kita harus menghormati mereka,setidaknya dengan cara mengobrol dengan mereka.” Bunda memberikan sedikit wejangan keada Rama.

“Maaf Bunda,aku cuma menjalankan perintah yang seang ada diotakku,tidak lebih dari itu,apalagi berusaha membohongi hatiku sendiri.” Rama terlihat malas menanggapi omongan Bunda.

“Sekarang kamu bisa berbuat seperti itu,tetapi siapa yang tahu dengan masa depanmu,dan Bunda yakin kamu akan memerlukan orang lain selain keluargamu ini suatu saat nanti.” Omongan Bunda sedikit menyindir Rama yang memang ogah untuk bergaul dengan orang orang di sekelilingnya,bahkan dengan keluarga besar Ayah ataupun Bunda.

“Aku cuma ga mau ngulangin kejadian seperti yang aku pernah lakuin ke Gita waktu itu.” Ucapan Rama membuat Bunda terdiam dan merasa bersalah.Mereka semua lalu diam sampai mobil mereka tiba di halaman rumah.

“Ram…Bunda memanggil Rama yang sedang menuju ke kamarnya.

“Ya Bunda.” Rama menghampiri Bunda.

“Maafin Bunda ya,bukannya Bunda mau mengatur hidup kamu,tapi Bunda dan Ayah sangat bertanggung jawab dengan hidupmu.” Dengan suara yang sangat pelan Bunda memeluk Rama.

“Aku ngerti Bunda,dan hal ini yang selalu membuatku yakin jika hanya keluarga yang pantas aku hargai dan aku sayangi.” Ucap Rama.

“Ram,beberapa hari lalu Pak Wayan nelepon Ayah,ia mengatakan jika sekarang Gita sudah mendapatkan semangatnya lagi untuk melawan penyakitnya,ia juga menjadi semakin dewasa.Itu semua berkat kamu Ram” Bunda memberika sebuah informasi yang membuat Rama tersadar jika ia baru saja membuat Bunda merasa bersalah dengan menyinggung nama Gita.

“Itu semua berkat Bunda,bukan Rama,Aku kan Cuma berperan sebagai actor,dan Bundalah sutradaranya.” Rama tersenyum,lalu mencium Bundanya.Ia lalu masuk kedalam kamarnya dengan perasaan lega.

****



Hari ini adalah salah satu hari yang dibenci Rama,karena ia terpaksa harus berangkat kesekolahnya yang sedang melaksanakan acara pentas seni karena Bunda menyuruhnya untuk menemani Fynta karena selain ia belum hafal jalan di Kota barunya itu,Fynta juga sering kali lupa waktu jika sedang bersenang senang.Dengan muka ditekuk duduk di dalam kelasnya sambil membaca novelnya yang tinggal beberapa lembar lagi usai ia baca.Sedangkan Fynta sedang bersenang senang dengan teman teman barunya,menikmati salah satu hiburan yang diadakan pihak osis sekolahnya.Novel itu ditutupnya karena sudah selesai ia baca,ia lalu memikirkan hal apa yang dapat menghilangkan kepenatannya.Timbul keinginan untuk kembali membaca di perpustakaan sekolah,ia lalu berjalan menuju ke perpustakaan yang terletak di lantai satu sekolahnya.
Di dalam perpustakaan Rama melihat lihat bebrapa judul novel yang terletak di rak buku bertuliskan non-fiksi,ia lalu memilih sebuah novel karangan penulis Indonesia yang belum pernah ia baca.Ia menikmati novel tersebut,bahkan ia juga mulai menikmati berada di dalam perpustakaan yang sunyi,dan sangat membuatnya tenang.

“Lo suka baca novel lokal juga ya? “ Tiba tiba seseorang siswa laki laki menegurnya.

“Iya.” Jawab Rama sambil memperhatikan pria yang tiba tiba menegurnya itu.

“Berarti lo pasti punya banyak koleksi novel lokal,gw juga punya banyak,mungkin kita bisa tukeran.” Lanjut siswa itu.

Rama hanya tersenyum maksa.

“Radit.” Orang itu memperkenalkan namanya sambil mengajak Rama untuk bersalamann.

“Rama.” Ia membalas salam perkenalan itu.

“Anak baru ya? “ Tanya anak itu lagi menggangu konsentrasi Rama dalam membaca.

“Iya.” Rama meneruskan bacaannya.

“Pantesan baru lihat,yaudah selamat membaca deh.Novel yang lagi lo baca seru banget ceritanya.” Anak laki laki yang bernama Radit itu juga kembali melanjutkan bacaannya.

Rama melirik kearah buku yang sedang dibaca Radit,dan ia menjadi tidak percaya jika Radit adalah pecinta novel karena ia baru saja melihat tulisan “SERATUS CARA MEMIKAT WANITA IDAMAN” di cover buku yang sedang dibaca Radit.Ia lalu meneruskan membaca tanpa memperdulikan Radit sampai acara pentas seni usai.
Rama sedang menunggu Fynta di parkiran sekolahnya,tidak lama kemudia Fynta dating menemuinya.

“Bang Rama duluan aja deh,aku ada janji sama orang.” Ucapan Fynta membuat Rama menjadi geram.

“Gila lo,udah seharian gw nungguin lo,sekarang dengan entengnya lo nyuruh gw pulang,ga ada,nanti gw yang diomelin Bunda.” Omel Rama sambil menyalakan vespanya.

“Aku udah bilang Bunda kok,Bunda ngasih izin,tapi aku disuruh bilang dulu sama Bang Rama.”

“Hadoooh…Bunda bunda,dibaca bacain apa sih sama anak ini.…yaudah deh,hati hati lo,kalo ada apa apa,telepon gw.” Rama menaiki vespanya.

“Siap bos”Ucap Fynta, Rama lalu meninggalkannya.

Sampai dirumah Rama menghabiskan waktu berjam jam dengan permainan game online nya.Tentunya bersama Dzaki teman dunia mayanya.Keasikannya terganggu dengan ketukan pintu.

“Masuk aja Bunda.” Teriak Rama karena sedang asik bermain dengan laptopnya.

Pintu terbuka,dan bukan Bunda yang muncul,melainkan Fynta.Ia lalu masuk sambil mengibaskan tangannya karena merasa hidungnya terganggu oleh bau asap ganja yang baru saja dihisap Rama.

“Bang ada tamu tuh.” Fynta lalu terlihat seperti menyuruh seseorang untuk masuk kedalam kamar Rama.

“Tamu,sejak kapan gw punya tamu.” Ucap Rama sambiul terus memainkan game tersebut.

“Liat dulu dong.” Tiba tiba seorang gadis muncul di depan pintu kamr Rama,ia adalah April,anak gadis Pak Suryo.

“Hi…” Sapa April.

“Hey…” Rama membalas sapaan itu dengan perasaan agak kaget karena kemunculan April,tapi ia yakin jika ini adalah ulah Fynta.

“Masuk dong Pril.” Pinta Fynta sambil menarik tangannya.

“Kamarnya bagus.” Dengan malu malu April masuk kedalam kamar Rama,sedangkan Rama terpaksa harus menghentikan permainannya.

“Apanya yang bagus,ini tuh bukan kamar tapi sel penjara Abang gw.” Fynta membuang wajahnya ketika melihat wajah Rama yang sedang memelototinya.

“Duduk Pril.” Rama mempersilahkan April yang sedari tadi berdiri.

“Terima kasih.” April lalu duduk di sebuah sofa single berwarna hitam,tepat disamping Fynta.

“Gw bikinin minum dulu ya Pril.” Fynta melesat dengan cepat keluar dari kamar itu.

Tinggalah Rama dan April yang hanya terdiam,dan akhirnya mulai berbasa basi,sebuah peristiwa yang sangat dibenci Rama,ketika dirinya harus menjadi terlihat bodoh,bukan hanya dimata April,akan tetapi juga dimatanya sendiri.Mereka berdua akhirnya mengobrol sampai Fynta datang membawa sebuah nampan berisi tiga buah cangkir minuman hangat.Dan Rama mulai merasa sedikit lega karena Fynta hadir diantara kekakuan mereka berdua.
Pertemuan ini menambah rasa penasaran April akan diri Rama,yang dianggapnya dingin,dan sangat tertutup,akan tetapi itu semua dianggap April sebuah tantangan untuk menaklukan hati Rama.Karena selama ini ia selalu dengan mudah untuk mendapatkan pria pria yang ia mau,bahkan yang lebih tampan dan kaya daripada Rama pun dengan mudah ia dapatkan.Mulai hari ini memulai untuk menjalankan misinya itu,misi untuk mendapatkan cowok aneh itu dan ia yakin jika Rama akan bertekuk lutut kepadanya.

to be continue......